"Jangan menipiskan semangat hanya karena masa lalumu yang kelam"
Axel Mandhela, pria tampan dengan sejuta pesona. Banyak gadis yang datang mendekat namun ditolaknya mentah-mentah. Pengalaman masa lalunya yang tidak mengenakan membuatnya menjadi pribadi yang cukup membuat keluarganya menggelengkan kepala.
Matahari baru saja menampakkan wajahnya, pria tampan yang masih bergelung dengan selimut mendecak kesal ketika mendengar alarm berbunyi.
Beranjak dari ranjang, pria itu berjalan lurus kearah kamar mandi.
"Kak, apa kau sudah bangun?" suara teriakan wanita dari arah luar pintu kamar teredam oleh suara gemericik air didalam kamar mandi.
Wanita itu berdecak, menyangka sang kakak masih bergelung dengan selimut karena tak kunjung mendapat jawaban.
Dibukanya pintu kamar tersebut dan menganggukkan kepala saat didengarnya gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Pantas saja kak Axel tak menjawab rupanya dia sedang mandi," ujar wanita itu seraya membetulkan kasur yang berantakan.
Tak berselang lama, wanita tersebut mendengar pintu kamar mandi terbuka.
"Kak, sarapan sudah siap, keponakanmu dibawah sudah protes untuk segera sarapan."
Pria yang dipanggil kakak itu mengangguk.
"Ayo kita sarapan Angela,"ucap Axel.
----
Hidup bagi Axel sangatlah menyenangkan, itu dulu. Sekarang baginya hidup tak lebih dengan sekedar mengikuti alur yang dibuat sang Pecipta. Hidupnya rumit dan bertambah rumit sejak dia kehilangan cinta pertamanya,
Berkutat dengan sketsa dan beberapa gambar foto sebuah bangunan dimeja kerjanya membuat Axel sedikit teralihkan dari masalah hidupnya.
"X."
Sebuah suara membuat Axel mendongak, menatap teman yang berada tidak jauh dari meja kerjanya.
"Ada apa ger?"
"Bisa aku meminta bantuanmu?"
"Sure"
"Aku tidak bisa menjemput Sisi karena ada rapat. Bisakah kau menggantikanku menjemputnya?"
Sisi, gadis berumur 17 tahun, keponakan Gerry yang masih SMA.
Sisi, Sasikirana. Gadis menyebalkan menurut Axel.
"Hey,X," suara Gerry menyadarkannya dai lamunan singkat.
Axel mendengus.
"Bahkan jika aku menolak, kau tetap akan memaksaku."
------
"Om, Kita jalan-jalan dulu ya..."
Axel menghela napas panjang, ini akan jadi hari yang snagat panjang.
"Om banyak kerjaan, sebaiknya kita pulang."
"Sisi nggak mau pulang, ayo Om kita kencan dulu saja," rengek gadis manis berseragam SMA disebelahnya.
"Tidak ada kencan-kencan. Kencan itu hanya dilakukan oleh dua orang dewasa, kau masih bocah! Belajar yang benar!" ketus Axel.
Gadis ini bukan gadis yang pantang menyerah, Axel tahu itu. Berulang kali menjemput gadis ini berujung dirinya yang kembali kekantor dengan kepala pening.
"Pokoknya Sisi ngga mau tahu, sekarang kita kencan atau om jadi pacar Sisi."
Axel mengernyitkan dahi, anak bau kencur ini menembaknya?
Apa ia salah dengar tadi?
Dasar bego.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Heart
Fiction généraleAxel Mandhela, sosok laki-laki berumur 33 tahun. Seorang arsitek ternama. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, dia tidak lagi ingin dekat dan mengenal wanita. Wanita manapun, angkat tangan merayunya kecuali satu, gadis kecil keponakan teman...