First of All #4

1.4K 113 9
                                    

'Selamat pagi, dokter Wang.'

'Selamat pagi, dokter. Semoga tugasmu berjalan baik.'

Setiap perawat, ataupun dokter muda yang sama seperti Junkai yang berpapasan dengan dirinya selalu menyapanya dengan ramah. Junkai pun membalas sapaan mereka lebih ramah, dan mengulas sebuah senyuman manis yang mampu membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan arwah tubuhnya hampir saja 'menghilang'. Padahal, senyuman itu hanya senyuman yang ia paksakan, tapi tetap saja menjadi sebuah senyuman memabukkan asmara bagi para gadis-gadis. Junkai termasuk tipikal orang yang sangat susah sekali untuk tersenyum tulus. Kecuali untuk menyeringai, ataupun tersenyum jahil, tentu saja dia itu sangat ahli untuk satu dibidang itu.

"Selamat pagi, Junkai!" ucap seseorang tiba tiba menghadang Junkai. Ia tersenyum lebar, tampak sangat senang dengan kehadirannya. Aku yang sedari tadi berada disamping Junkai, hanya menatap gadis itu heran. Gadis itu tampak dekat sekali dengan Junkai, dan sangat-sangat-sangat dekat.

Tapi, kenapa gadis itu sangat familiar di ingatanku, ya?

"Oh, hai, Jia." Junkai membalas sapaan seseorang yang ia panggil Jia itu. Aku sedikit bergumam tak jelas, seperti bergumam mengerti dengan apa yang ia ucapkan.

Dugaanku benar ternyata.

Jia mengedarkan pandangannya ke sebelah ku. Pandangan matanya tampak kaget. Jia langsung kembali mengubah posisi berdiri nya. Ia langsung berdiri tegap dan tersenyum ramah kearahku. Sifat nya yang tadinya childish, sekarang berubah menjadi dewasa dan sangat formal kearahku. Jia memasukkan kedua tangannya dalam saku jas nya lalu menatapku santai

"Kau memutar kembali pikiranmu, lalu memasukkan dia kembali kah, Kai?" tanya Jia. Junkai mengangguk mantap, ia tersenyum miring.

"Aku telah mempertimbangkan saranmu. Ngomong-ngomong terimakasih atas saranmu itu, Jia!" ucap Junkai berterimakasih dengannya. Aku menatap Jia gugup. Aku mengangguk seolah-olah aku mengerti dengan ucapan mereka berdua.

"Halo. Aku dokter umum baru di sini. Mohon bantuannya, jie. " ucapku berusaha sopan dan membungkukkan badanku sebentar. Jia menatapku heran, ia mengangkat salah satu alisnya. Jia tertawa pelan lalu menggeleng. Ia berjalan kearahku lalu menepuk pundakku pelan.

"Tak usah memanggil kakak. Panggil saja aku Jia. Umur kita sama, loh." jelas Jia sambil tersenyum tipis, berbaur dengan senyuman geli. Juniai terkekeh pelan.

"Maklumi saja. Dia masih baru disini, dan...ilmu juga juga masih rendah...," jelas Junkai memenggal perkataannya.

"Oh, tapi...dari dulu, sebelum memasuki pangkat ini, ilmunya memang rendah dari dulu." jelas Junkai sekali lagi dan tersenyum polos, seolah ia tak merasa keberatan dengan penjelasan fitnah nya barusan. Aku menggerutu pelan lalu meliriknya tajam. Junkai sepertinya merasa jika aku sedang meliriknya dengan lirikan tajam. Ia menoleh kearahku lalu menyeringai. Ia seolah mengatakan: 'dimana letak kesalahanku, nona?'

Jia tertawa geli, lalu menatapku tenang.

"Lupakan saja perkataan si manusia menyebalkan yang satu ini." ucap Jia. Ia kembali menatapku dalam, dan mengulas senyuman manis.

"Selamat menjalankan tugasmu sebagai dokter umum disini, Huang Minzi. Jalankan dengan baik seperti layaknya kau bekerja dia akademimu sehingga kau mendapatkan nilai terbaik di angkatanmu." jelas Jia senang. Aku menatap gadis cantik didepanku ini dengan berbinar-binar. Aku mengangguk antusias.
"Tentu saja! Aku akan melakukannya! Terimakasih!" ucapku sangat senang. Jia tersenyum tipis. Ia kemudian kembali melihat kearah kami berdua secara bergantian.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang