Kegiatanku di rumah sakit telah selesai. Setelah hampir sembilan jam, -atau bahkan lebih-, aku telah menyelesaikan tugasku. Aku memutuskan untuk langsung pulang karena salah satu perawat mengatakan kepadaku jika tidak ada lagi pasien yang harus kutangani. Selain itu, untung saja aku telah menjabat sebagai dokter tetap disini. Waktu trainingku sebagai dokter umum disini telah selesai, jadi, aku bisa bebas sekarang.
Aku berjalan menuju halaman parkir, setelah tadi aku baru saja menulis sesuatu disebuah buku yang disediakan resepsionis. Aku melirik kearah arlojiku, dan mendengus pelan.
Aku baru mengingat kalau tadi pagi aku berangkat dengan Junkai, dan sekarang, aku akan segera pulang kerumah. Tak mungkin aku menaiki taksi di hari yang hampir malam begini, itu memang bukan kebiasaanku sejak aku masih remaja.
Argh. Sekarang aku baru mengerti, dan menyesal kenapa aku dengan bodohnya ingin mengikuti perkataan 'manis' Junkai. Ugh. Sekarang aku benar benar menyesal.
Jika aku menelfon Junkai, aku tak tahu jika sekarang dia sedang sibuk atau tidak. Secara, dia adalah dokter muda yang paling terbaik dan yang paling sibuk. Dia pasti banyak kerjaan mengurus pasien dan membimbing dokter dokter baru, huh.
Yah. Aku tidak tahu menahu tentang Junkai dirumah sakit ini sejak waktu training ku telah usai. Aku dengannya beda lantai, dan ruangan.
Dia seorang psikolog, dan aku seorang dokter umum. Beda sekali, 'kan?
Aku mendongakkan kepalaku, menatap halaman luas milik rumah sakit ini. Melihat banyaknya orang-orang yang keluar-masuk. Sesekali aku melemparkan sebuah senyuman ramah kepada setiap orang yang masih berniat untuk menyapaku.
Aku menghela nafasku berat. Aku meraih handphoneku yang kusimpan didalam saku jas ku. Aku menggeser layar, dan mulai mengetikkan sebuah pesan singkat disana.'To: Annoying Junkai
Aku akan pulang lebih dulu. Jika kau tak keberatan.'
Aku menekan tombol send dan menunggu pesanku dibalas. Aku menyimpan kembali handphoneku. Ya. Aku terpaksa memberitahunya jika aku akan pulang terlebih dahulu.
Yah, siapa tahu jika dia sedang tidak sibuk, dia akan mengantarkanku. Itu pun jika dia tak keberatan. Hahaha.
Aku semakin mempererat jas ku. Aku berjalan menuju gerbang rumah sakit dengan tenang. Aku sedikit menggoreskan sebuah senyuman miring sambil terus berjalan.
Sepuluh detik...
Satu menit...
Satu setengah menit...
Kenapa dia belum datang, ya? Dia benar-benar sibuk, kah?
Aku menghentikan langkahku. Aku menolehkan kepalaku ke belakang, dan mencoba menangkap bayangan Junkai. Tapi... sayangnya, itu semua nihil. Aku tak menangkap sedikit pun bayangannya. Aku mendengus sebal, lalu mengusap wajahku kasar.
Wang Junkai... Dia benar benar suka bertindak seenaknya!
Aku menunggu taksi dengan raut wajah masam. Ini benar benar seperti akhir yang sudah kuduga sebelumnya. Aku benar benar bodoh, seharusnya aku tahu hal itu. Dia benar benar sibuk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]
Фанфик"Kau itu sangat dingin, tapi menyebalkan disaat waktu yang bersamaan. Kau aneh. Benar-benar aneh. Menjadi dokter dengan sikap yang acuh seperti itu. ....Namun, ternyata, aku salah." . Huang Minzi, harus memulai karier awalnya sebagai dokter dengan...