She, My Lover #23

1.2K 94 6
                                    

Aku mengetuk ngetukkan kaca meja dengan bosan. Aku menopangkan daguku, lalu mencoba memahami kata demi kata dalam buku prosedur ini.

Entahlah.

Aku tak tahu kenapa aku bisa menjadi sangat tertarik dengan buku tebal yang sangat membosankan ini.

Yah. Buku ini memang membosankan. Buku setebal ini hanya ditulis dengan bahasa inggris, dan hanya tulisan! Bayangkan seberapa membosankan nya buku ini!

Ini...kupikir...

Apakah aku sudah mulai gila?! Apakah sudah mulai ada yang salah dengan otakku?!

Hah...

Aku membuang nafas dengan berat. Aku hanya benar benar bosan untuk saat ini. Tak pernah kubayangkan kehidupan medis akan menjadi sesebosan ini. Sungguh.

Aku melirik kearah jam dinding yang tertempel di dinding ruanganku. Aku menghela nafasku, sudah tepat pukul satu siang. Aku harus bergegas pergi.

Baru saja aku ingin memasukkan kembali buku prosedur medis kedalam tasku, tiba tiba saja aku merasakan handphoneku berdering.

Aku mengangkat salah satu alisku heran, lalu meletakkan kembali buku ini. Aku mengurungkan niatku.

Aku meraih handphone, dan melihat nama kontak yang tertera dilayar.

Aku mengernyit.

"Junkai?" gumamku pelan, sangat pelan. "Kenapa dia menelfonku?" gumamku sekali lagi.

Aku masih belum menjawab telponnya. Aku masih dalam keadaan ragu.

"Angkat, tidak, angkat, tidak, angkat, tidak..." gumamku, aku masih tetap berdebat dengan pikiranku.

Aku tak tahu, kenapa aku jadi sangat pengugup, dan menjadi sosok yang penuh keraguan saat Junkai menelfon ku secara mendadak seperti saat ini.

Aku menghela nafasku.

Oh, ayolah, Minzi. Ini adalah hal yang mudah. Kau cukup menggeser tombol berwarna hijau, dan mendengarkannya berbicara.

Simpel.

Baiklah, ayo coba.

Aku meyakinkan diriku sendiri, dan tersenyum bangga—entah kenapa. Aku menggeser tombol hijau tanpa sepengetahuanku, dan, sambungan telepon ini tersambung.

Aku terkejut. Mataku sedikit membulat.

Apa yang aku lakukan?!

Kenapa aku malah mengangkatnya?!

Argh! Mati! Mati! Mati!

Aku mengigit bibir bawahku, dan terus merutuki diriku. Aku mulai mendekatkan handphoneku ke telingaku. Aku menghela nafasku berat, dan mencoba menenangkan detak jantungku yang berdetak tidak karuan.

"Wei?" panggilku terlebih dahulu. Terdengar sangat ragu, dan pelan.

Dari seberang sana, tampak Junkai sedang berdehem pelan. Ia mengatur suaranya.

"Hm...Minzi? Kau...masih marah?" tanya Junkai pelan, dan terdengar berat.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang