A Sweet Smacker #13

1.1K 92 4
                                    

"N...nishinomaru...G-garden?"
.
.
.
.
.
.
.
.

Hanya membutuhkan waktu delapan menit dengan berjalan kaki, aku dan Junkai telah tiba disebuah taman yang ia bilang barusan. Taman Nishinomaru, taman strategis yang terletak dekat dengan lokasi hotel.

Ini cukup jauh dari gedung-gedung, dan polusi. Udaranya sangat sejuk, aku menyukainya.

Sebuah taman yang sangat luas, banyaknya pepohonan maple dan sakura yang bersamaan, sebuah jembatan tradisional yang dibawahnya terdapat sebuah kolam buatan yang airnya sangat jernih; dan disepanjang jalan setapak juga terdapat taman bunga yang penuh warna. Ini...ini benar benar menganggumkan! Aku tidak bisa mendeskripsikan nya melalui kata-kata.

Sebuah pemandangan yang 'sangat' jarang aku temui di Chongqing.

"Bagaimana? Ini jauh lebih indah." tanya Junkai senang. Aku masih tertegun, masih terpesona.
"Darimana kau mengetahui tempat ini?" tanya ku sekali lagi. Aku menolehkan kepalaku dan memandangnya heran.

Junkai hanya tersenyum puas-tersenyum sombong.

"Of course, sweety. Aku punya banyak kenalan di Jepang, asal kau tahu," ucap Junkai dengan percaya dirinya. Aku mendengus sebal, lalu melipatkan kedua tanganku.

Dia pasti sedang menyombongkan dirinya sekarang.

Mentang-mentang dia menguasai banyak bahasa asing, huh!

"Kau harus banyak banyak bertanya dengan kenalanmu diluar negeri dan mencarinya di internet." ucap Junkai sambil tersenyum lebar, ia menepuk-nepuk kepalaku pelan, lalu mengacak-acakkan rambutku pelan. Setelah itu, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya, dan berjalan lebih dulu didepanku.

Aku sibuk merapikan kembali rambutku, dan berlari kecil mengejar Junkai. Aku merapatkan coat tipis yang kupakai karena suasana yang semakin dingin.

"Hei, bisakah kau tak berjalan begitu cepat?" gerutuku. "Aku susah mengejarmu, tahu!" protesku.

Yah, aku telah beberapa kali berhenti untuk beristirahat. Ini jalan setapak, aku susah untuk berlari. Sedangkan dirinya? Hanya berjalan pelan pun terlihat seperti sedang berlari dengan kecepatan penuh!

Junkai spontan menghentikan langkahnya. Ia melirik kearahku yang masih berada 'jauh' dibelakangnya.

"Oh, ayolah. Masih banyak yang harus kutunjukkan kepadamu, dear." ucap Junkai menjelaskan. Namun, tiba tiba ia menyeringai.
"Atau, kau sedang memberiku kode untuk digendong, hm?" goda Junkai, ia masih tetap menyeringai. Aku terkejut, lalu cepat cepat kembali berdiri normal. Aku melipatkan kedua tanganku kesal, lalu berdecak. Aku berjalan lebih dulu darinya—didepannya.

"Haha. Benar apa yang kukatakan sebelumnya, kau hanya memberi kode..." ucap Junkai sambil tertawa. "Kurasa aku termasuk pria yang peka. Right?" ucap Junkai membanggakan dirinya.

Cukup.

Aku benar benar tak tahan mendengarnya lagi, aku semakin malu.

Dia hanya salah paham! Aku benar pura-pura, tapi dengan tujuan agar kembali ke hotel dan tidak melanjutkan perjalanan dengannya, tapi apa?! Dia malah berpikir yang tidak-tidak!

Tiba-tiba, pikiran tentang kekesalanku kepada Junkai langsung pudar dengan sendirinya saat aku melihat seorang anak kecil yang tengah menangis tak jauh dari keberadaanku, dia perempuan.

Aku tersenyum lebar—bahagia, lalu berjalan mendekati anak kecil itu. Aku menjongkokkan diriku agar mensejajarkan diriku dengan dirinya.

"Ada apa denganmu?" tanya ku, berusaha berbicara dengannya walaupun aku berbicara dengan bahasa inggris. Ia tak menjawab, dan tetap menangis sesegukkan. Aku terdiam, dan mencoba mencari beberapa cara agar dia bisa memberhentikan tangisannya. Aku mencoba mengingat beberapa bahasa Jepang yang pernah kupelajari pada saat di akademi.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang