Dad's Funeral #18

1K 86 4
                                    

"Selamat menikmati waktu istirahatmu, dokter! Tidak ada pasien setelah ini." ucap Xilan, ia tersenyum senang. Ia kemudian kembali menelungkupkan papan checklist miliknya, papan checklist yang menunjukkan daftar nama para pasien yang harus kutangani hari ini.

Aku melirik kearah arloji yang melingkar dipergelangan tanganku, kemudian mendongakkan kepalaku.

Aku tersenyum sumringah kearah Xilan

Berarti...waktu 'medis' ku sangat singkat untuk hari ini? Wah, astaga!

Ini benar benar menyenangkan!

"Benarkah? Benar benar...kosong?" tanya ku, masih dengan senyuman sumringah, dan masih mencoba untuk meyakinkan diriku sendiri.

Ini tak pernah terjadi selama aku bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini.

Xilan mengangguk mantap. Ia menyandarkan dirinya pada salah satu meja, dan melipatkan kedua tangannya. Ia tetap tersenyum senang.

"Aku serius, dokter." ucap Xilan, nada bicaranya terdengar sangat meyakinkan.

Yosha. Bagus!

Aku menggumam pelan. Aku segera bangkit, dan mengambil tasku. Aku tersenyum kepada Xilan.

"Kalau begitu...aku pergi dulu." pamitku. Aku tersenyum sopan kearah Xilan.

Sedangkan gadis itu, hanya mengacungkan jempolnya, tanda ia sangat antusias dan menyetujui perkataanku.

Ia melambai-lambaikan tangannya saat aku telah melangkah keluar dari ruangan, Xilan tersenyum lebar.

"Semoga kau menikmati kencanmu dengan dokter Wang, Minzi!" ucap Xilan senang.

Aku sontak terkejut, dan menghentikan langkahku secara tiba-tiba. Aku menoleh kearah Xilan, dan menanggapinya dengan senyuman kikuk.

Aku kembali melanjutkan langkahku menyusuri lobi.

Lagian, siapa yang peduli dengannya?

Aku membelokkan langkahku menuju ruangan penyimpanan loker khusus para kru rumah sakit.

Aku membuka lokerku, loker bernomorkan sembilan dua satu. Aku mencari sesuatu disana.

Bandana.

Benda yang aku cari.

Bandana yang diberikan oleh ayahku sejak aku menginjak remaja. Aku sengaja menyimpannya dirumah sakit semenjak aku diterima menjadi dokter disini.

Kenapa?

Yah. Karena, ini adalah juga merupakan rumah sakit tempat ayahku bekerja dulu sebagai seorang ahli anestesi.

Aku hanya ingin mengenangnya, itu saja.

Aku tersenyum tipis, kemudian memakai bandana berwarna ungu itu ke kepalaku. Sudah hampir sepuluh tahun aku tidak memakainya, ini bahkan sudah hampir berdebu.

Aku sedikit menyesali akan hal itu.

"Apa kabarmu didunia barumu diatas sanayah?" gumamku pelan. Aku menghela nafasku dan kembali tersenyum kecut.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang