Engaged #3

1.5K 125 8
                                    

Jam di dinding apartemen ku telah menunjukkan pukul hampir sepuluh malam. Anehnya saja, aku masih belum bisa tertidur sampai saat ini. Pikiranku masih berkecamuk dengan banyak hal. Terutama, salah satu hal yang paling penting sekali yaitu tentang pernikahan.

Well...hei! Umurku ini baru dua puluh dua tahun dan sudah akan memulai kehidupan rumah tangga diumur semuda itu? Yang benar saja. Itu mustahil.

Lagipula, ibu seharusnya mengerti. Anak umur tujuh tahun itu belum mengerti apa-apa dan selalu membenarkan apa saja yang terlintas di benaknya. Huh.

Aku mengerang sendiri saat mengetahui jika besok akan diadakan acara pertunanganku dengan dokter senior yang gila itu, dan beberapa hari setelah acara pertunangan ku itu akan diadakan acara pernikahan ku dan...setelah itu, diriku dengannya akan resmi menjadi seorang suami-istri! Argh. Mimpi burukku! Kenapa semua rencanaku bisa hancur lebur begini? Bagaikan sebuah abu yang tertiup angin kencang.

Aku kembali terdiam saat mendengar suara bell berbunyi yang terletak di pintu apartemenku. Tubuhku tiba tiba menegang karena kaget. Aku melirik kearah jam yang melekat di dinding.

Masih pukul sepuluh lewat lima belas...siapa yang berkunjung malam-malam begini?

Aku segera bangkit dari sofa dan meninggalkan layar televisi yang masih terus menyala. Aku menuju kearah pintu utama lalu membuka pintu.

Aku mendongakkan kepalaku sedikit untuk melihat seseorang yang baru saja datang. Yah, karena postur tubuh orang ini yang tinggi, jadi aku harus mendongakkan kepala untuk mengetahui wajahnya.

"Kau..." gumamku pelan. Aku memang tak bisa melihat wajahnya secara jelas karena koridor apartemen ini hanya disinari oleh lampu remang-remang, namun, aku bisa menangkap jelas siapa seseorang yang sedang berkunjung saat ini.

"Junkai? Kenapa kau kesini?" tanya ku heran. Sungguh, saat ini aku benar benar heran dengan orang yang satu ini. Junkai hanya tersenyum miring. Entah apa arti dari senyumannya itu, aku tak bisa menafsirkannya.

"Kau terlihat lebih cantik dan 'menggoda' saat berada dibawah cahaya remang remang ini." goda Junkai, malah tak menjawab pertanyaanku barusan.

Oh god!

Wajahku sukses memerah padam mendengar godaannya itu. Aku menunduk dan meringis pelan. Dia benar benar mencari masalah sekarang.

"Terimakasih." balasku dingin lalu mendongakkan kembali kepalaku dan beralih menatapnya. Yah...lebih tepatnya...mungkin aku hanya bersikap 'sok' cuek saja. Aku benar benar tak tahan ucapannya sekarang, sungguh. Yang tadi itu sungguh memalukan.

"Apa tujuanmu kemari? Aku tak punya waktu. Aku sangat sangat mengantuk...hoam~" ucapku sambil menggosok-gosokkan mataku dengan tanganku, bersikap seolah aku baru saja bangun tidur. Padahal, tidak sama sekali.

Junkai hanya menyahutku dengan tawaan nya yang selalu menyebalkan. Aku mengernyit penasaran.

"Ah...benarkah? Kau pasti berbohong, tak mungkin kau jika kau tidur secepat ini." ucap Junkai sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi aku tak bisa mengartikan senyumannya yang aneh itu.

Tunggu dulu...

Dia bilang kalau tidur pada pukul hampir sebelas malam ini waktu yang sebentar? Hahaha. Dia lucu sekali.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang