Rencana

79 5 4
                                    

Tik..tik..tiik.. klik.

Suara ketukan komputer di hadapan musa menemani lamunannya memandangi punggung monitor seorang teller bank di depannya.

"Tunggu sebentar ya pak.." Kata seorang berparas menarik di depannya itu.

"Musa, panggil aja musa.. Aku masih lajang kak." Jawab musa.

Sang teller berlalu dari meja costumer servicenya hendak mengambil uang dari penarikan tabungan yang sedang di tunggu musa.

Musa melirik-lirik kesekitarnya membuang suntuk bosan menunggu proses pencairan keuangannya.
Dua bulan berlalu, Pasca meninggalnya ibu musa, musa melanjutkan usaha suplay kain garmen milik ibunya, ia sudah di diskualifikasi dari perekrutan intelijen, ia sadar ia tidak mungkin berada disana lagi, karena itu ia melanjutkan hidupnya dengan menjalankan usaha ibunya. Hari ini ia mengambil penarikan uang untuk belanja cash kain dan sebagian untuk digunakannya memenuhi kebutuhan rumah.

Teller bank kembali ke mejanya. Duduk menghitung penarikan yang dilakukan musa.

"Oke pak, silahkan dihitung. Semuanya pas 7 juta 800 ribu rupiah ya pak." Menyodorkan uang di atas meja pada musa.

Musa mengambil segepok uang pecahan 100 ribu yang diberikan teller padanya, kemudian menghitungnya.

"Oke, kak.. Semuanya pas, Makasih banyak ya, semoga dosa kakak di ampuni yang kuasa.."

Sang teller bingung mendengar ucapan musa yang cukup nyeleneh itu.

"Hah!? Apa-apaan ini!?" Tanya teller dengan kebingungan.

Musa mendekati teller. Menceramahinya,
"Kak, kakak ini ku doakan biar dosa-dosa kakak di ampuni, kok malah bingung? Terus? Kakak merasa kakak ini suci gitu? Dan Aku penuh dosa? Iya?"

"Dasar orang aneh.."
Kata teller yang semakin bingung mendengar ucapan musa.

"Dasar orang gila, di doain malah ngatain aneh!" Balas musa pada teller itu.

Si teller yang kesal dengan sikap musa yang aneh, lantas memanggil sekuriti,

"Sekuriti !!sekuriti..!!" Teriak si teller

"Whaaat!? Sekuriti!?" Saut musa kebingungan.

Sekuriti yang mendengar panggilan teller, langsung datang menghampiri,

"Ada apa bu?"
Tanya sekuriti yang berada diantara mereka berdua.

"Tolong keluarkan saudara ini, sikapnya tidak mengenakan saya!" Ucap teller menunjuk musa.

Sekuriti pun memandang ke arah musa yang terlihat melongo ke arah mereka berdua dengan tangan menggenggam segepok uang miliknya.

"Apa salah ku, kisanak?" Tanya musa terbengong.

"Mari, silahkan keluar pak."
Pandang sekuriti pada musa dengan serius, memegang tangan musa memaksanya berdiri.

Musa pun seketika menatap teller yang melaporkannya pada sekuriti.

"Ampuni wanita ini ya Allah, dia benar-benar berdosa."
Ucap musa tetap memandangi teller itu saat di giring oleh sekuriti.

Musa tidak berontak, Kedua tangannya memeluk amplop berisi uang yang di ambilnya, lengannya di genggam sekuriti yang menggiringnya keluar kantor bank.

SELECTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang