And The life.

176 8 0
                                    

Semua orang di sebuah puskesmas pulau dalam, kepulauan anambas, tampak sibuk dan hilir mudik setelah insiden penyerangan yang di lakukan oleh teroris konsprator yang di pimpin roni dalon. Dengan dokter dan perawat seadanya mereka berupaya melakukan evakuasi pada korban dan teroris penyerangan yang terluka, maupun yang tewas. Termasuk musa. Ia terbaring di sebuah tempat tidur pasien dengan keadaan tangan terinfus. Lukanya di bahu dan di punggung serta wajahnya sudah di perban dalam keadaan musa tak sadarkan diri.
Tidak hanya itu, pasukan berseragam TNI dan polisi tampak berjaga di dalam dan diluar puskesmas, mengawasi tersangka yang selamat, diantaranya hanya anak buah dalon.
Di samping musa ada randra yang tampak duduk membaca koran dan meminum kopi.

Musa tersadar dari pingsannya. Ia membuka mata, dilihatlah kesekelilingnya. Beberapa orang pasien berada bersamanya. Selain itu, dilihatnya beberapa warga dan perawat tampak hilir mudik di sekitaran rumah sakit. Musa yang menderita psychosomatic pagi tadi terpingsan karena pikirannya yang terbebani meninggalnya katrina dan hari buruk soal kenyataan yang ia terima.

"Ah, dimana aku?"
Musa mencoba bangkit dari keadaannya terbaring dengan selang infus menancat di tangannya.

"Puskesmas, kau kira? Dufan?"
Randra bangkit dan membantu musa duduk.

"Pelan-pelan punggungmu masih ada beberapa bekas luka pengambilan bekas percikan peluru."
Membamntu musa bersandar dengan memberi alas bantal.

Musa memeriksa perban-perban yang yang menutupi lukanya.
"Aku di perban udah kaumyak mumi aja."
Jawabnya.

"Mumi bukan masalahmu kurasa, kita salah tempat, harusnya ke psikiater."
Jawab randra kembali duduk di kursinya.

"Heh!?"
Mnusa bingung.

"Iya, kau menderita psychosomatic, sama kayak ibumu dulu."
Pandangan musa di arahkan pada randra setelah randra menyebut ibu nusa.

"Bagaimana yang lain? Katrina? Presiden? Sandera?"
Tanya musa yang penasaran dengan nasib orang-orang yang terlibat di sana.

"Tenang aja, mereka baik-baik aja kok. Katina udah di evakuasi. Semuanya, termasuk pasukan dalon. Teman presiden yang merupakan jendral TNI sudah datang secepat mungkin dengan beberapa batalyon bantuan mengurus semuanya."
Randra menjelaskan pada musa dan menaruh koran yang di pegangnya di atas meja pasien.

"Syukurlah." Musa menghela nafas lega.

Pikiran musa masih teringat akan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya. Kenapa semua yang di jalaninya berkaitan? Kenapa haru nasib keluarganya dan orang-orang di sekitarnya berakhir dengan demikian.
Di mulai dari diana, ibunya, ayahnya, dio, samuel, dan yang terakhir katrina. Bahkan randra yang selama ini musa kenal hanya seorang agen intelijen yang sedang melakukan perekrutan rahasia, ternyata adalah orang yang mengenal ibunya.

"Apa yang abang ketahui soal ibuku bang?"tanya musa pada randra yang sedang duduk memperhatikannya.

Randra hanya diam, senyum kecil ia pancarkan dari wajahnya, tatapnya pada musa seakan-akan musa sudah benar-benar memahami keadaannya sekarang.

"Ibumu adalah koordinatorku, sebelum beliau pensiun. Aku tahu semuanya. Hanya sebongkah rahasia yang di bawa ibumulah yang sampai saat ini aku belum mengetahuinya. Ibumu tidak percaya pada siapapun. Karena temannya sendiri yang sekarang menjadi ketua BIN, sedang dalam keadaan berpihak pada sindikan yang mengincar rahasia itu. Termasuk dalon, ia mengenal ibumu."
Jawab randra dengan pandangan menatap lantai mengingatsedikit tentang ibu musa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELECTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang