Bakat dan tekad

99 7 0
                                    

Telepon pun berdering. Musa mengangkat telpon yang berdering dari hapenya itu.

"Hallo" Jawab musa.

Ia memandang keluar jendela kamarnya menerawang suasana pagi yang cerah hari itu.. Mengambil pulpen di meja komputer yang dihiasi lampu duduk itu.

"Oke, Aku siap."
Jawab musa sembari tersenyum membalas percakapan di balik telepon.

Ia mengambil secarik kertas di laci meja komputernya. Menariknya terburu-buru hingga beberapa kertas tercecer di lantai.

"Oke, sudah ku catat, hang nadim air port, arrival 2, aku kesana"

Musa menutup telepon itu. telepon itu berasal dari randra. Musa setuju untuk bergabung dalam intelijen. Ia sudah memohon restu pada ibunya malam itu. Dan keputusan dia untuk Bergabung mendaftar intelijensi sudah bulat. Malam itu juga saat selesai pembicaraan dengan ibunya, musa langsung mengabari randra bahwa dirinya ikut untuk tes bergabung intelijensi.

Ia pun kemudian Mengemasi barangnya. Tas berisi 4 pasang pakaian, beberapa tools, kartu identitas diri,Laptop dan ponsel. Ia pun membereskan kertas terceer di lantai saat ia menarik kertas tadi. Tak sengaja ia menemukan foto dirinya dan diana. Seketika ia pun teringat pada kekasihnya itu. Musa memandangi foto diana cukup lama.

"Hi there , how you feel right now ?" Musa berbicara pada wajah cantik di foto itu.

"Teeeeeetttt! Peserta berikutnya, mbak kelamaan jawabnya."

Musa menirukan kata-kata diana.
Musa berkaca-kaca, ingatannya pun kembali mengenang kekasihnya yang telah tiada itu. Ia mencium foto diana.

"Aku cuman mau mencium mu aja, buka orang yang di sebelahmu ini !" Kata musa sembari menujuk fotonya sendiri.

"A-aku kangen sama kamu.."

Musa kemudian menggenggam foto itu. Matanya terpejam di dekatkanlah genggamannya tadi ke wajahnya.

"I'll be there for you. Aku bakal kesana nanti, tunggu ya." Ucap musa kemudian bangkit dari duduk nya di lantai dan meninggalkan kamarnya.

Ia menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur.

"Bu, aku mau berangkat. Mungkin test nya berlangsung beberapa hari. Ibu doakan aku ya." Pinta musa pada ibunya.

"Loh, sekarang?" Tanya ibunya.

"Iya bu, aku mau ke tangerang. Tesnya di sana, tadi malam pas selesai ngomong sama ibu aku langsung hubungi orang itu. Dan katanya hari ini dia bakal ke tangerang sekalian bawa aku untuk tes. Aku mau bilang ibu tapi ibu udah tidur."

"Tapi, ini dadakan banget, tau-tau kau bangun udah mau berangkat aja ke tangerang, persiapan gak ada, udah kayak burung onta hijrah aja kau." Jawab ibu musa.

"Ini udah siap kok bu , kan tes ibu.. kalau ada apa-apa nantinya, biar aku yang atur, aku kan bisa hubungin ibu kalau butuh bantuan. Lagian juga biasanya ibu kalau ada keperluan mendadak keluar kota, langsung berangkat hari itu juga, main pergi-pergi aja. Aku juga bisa kan kayak anak burung onta ?.." Sanggah musa tertawa.

"Ya kan ini beda! Kamu mau tes! kalau ada apa-apa disana gimana? Bekal gak ada!" Jawab ibu musa.

"Kan tadi udah aku bilang, biar aku yang atur. Aku udah gede bu.. Kalau memang ada apa-apa aku bisa minta tolong ibu. Aku bawa kok 2.5 juta buat bekal kesana.." Jawab musa.

"Emang cukup segitu? Iya kalau cuman beberapa kali, kalau sebulan? Tempat tinggal? Dan lain-lain? Pikirin dong!" Keluh ibunya.

SELECTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang