“Gi, besok jalan bareng mau nggak?” ajak Shanny.
Gino menatap Shanny heran. Mantannya itu ngajak dia jalan bareng? Apakah itu berarti dia mau ngajak balikan? “Besok? Kita jalan bareng?”
“Iya, kamu bisa nggak? Ajak Verin juga nggak papa,” jawab Shanny santai. Dia memang sudah berusaha sebaik-baiknya agar terlihat santai.
Gino tersenyum manis. Ternyata bukan ajakan balikan. Pasti Shanny dan Tamon berusaha pamer kemesraan padanya. “Boleh aja. Nanti aku ajak Verin. Sama siapa aja, Sha?”
“Yang pasti, Tamon lah. Trus, mungkin Livi. Kayaknya Ferdy juga mau ikut.”
“Jalan sama Shanny?” Verin tercengang kaget.
“Iya,” jawab Gino.
“Nggak mau!” tolak Verin cepat. “Dia mantan kamu. Pasti dia mau ngerebut kamu dariku!”
Gino tersenyum manis, cewek itu masih seperti dulu, sayang padanya sampai sikapnya menjadi posesif. Gino mengelus-elus kepala cewek itu. “Tenang aja dong, Rin. Kamu percaya ma aku. Aku cuma sayang sama kamu. Jadi, aku nggak mungkin balikan lagi ma Shanny.” Gino menenangkan.
Verin menatap Gino sebal. Gino memintanya untuk percaya padanya. Tapi, Gino sendiri nggak pernah percaya padanya, mendengarkan penjelasannya saja dia tidak mau. Curang sekali! “Kalau aku tetep nggak mau, gimana?”
Gino menggenggam kedua tangan Verin dan mencium pipinya. “Please, Rin.”
Verin sedikit kaget dengan tindakan Gino yang tiba-tiba itu, dia mendesah. “Kenapa sih, Gi? Kenapa kamu begitu memohon padaku?” Verin bertanya.
“Aku cuma pengen Shanny tahu. Aku punya kamu,” jawab Gino sambil mengedipkan matanya.
Verin tercengang mendengar jawaban itu keluar dari mulut Gino. “Gi, kamu benar-benar aneh. Kamu cemburu? Kamu cemburu sama Shanny? Kamu mau menjadikan aku alat untuk membuat Shanny cemburu?” tanyanya sedikit emosi.
Gino tersentak. Dia sadar, semua yang dikatakan Verin mungkin ada benarnya. “Bukan gitu, Rin. Aku cuma ingin...” Gino terdiam. Dia bingung mencari alasan.
“Ingin apa?”
“Ingin mengenalkan kamu ke teman-temanku. Nggak boleh ya?”
Verin menatap Gino tajam. Dia tahu itu cuma alasan Gino, tapi apa boleh buat. “Oke, aku mau.”
“Mon, Vi, serius mau ngejalanin rencana ini?”
Livi mengangguk yakin. “Ya, serius lah.”
Tamon tersenyum pasrah. “Iya.”
“Bukankah kamu mau balas dendam?” Livi mengingatkan Shanny.
“Tapi, Vi. Aku nggak yakin bisa,” jawab Shanny.
“Why not?”
Shanny berpikir sejenak. Dia memang harus memberi pelajaran ke cowok brengsek itu. Tapi dia takut. “Oke, kita jalanin rencana ini.”
Shanny tampil berbeda hari ini. Dia sengaja memakai tank top pink dipadu dengan celana pendek super pendek dan ketat. Semua itu ide Livi. Khusus untuk membuat Gino terpesona. Soalnya, Livi yakin banget, penampilan Verin pasti cantik banget. Shanny memang terlihat beda, dia terlihat lebih dewasa, cantik, langsing, dan menarik.
“Aku aneh ya?” Shanny langsung bertanya pada Tamon yang menganga kaget.
Tamon langsung gelagapan. Dia akui, Shanny memang terlihat cantik hari ini. Cewek yang biasanya terlihat childish itu tampil agak dewasa, membuatnya sedikit terpesona. “Nggak... Nggak kok...”

KAMU SEDANG MEMBACA
Cry Baby In Love
Teen FictionShanny berpikir pindah di sekolah baru, dia bisa memulai hidup baru yang damai. Sayangnya, ada Tamon, cowok yang selalu mengerjai Shanny. Di mana mereka bertemu, di sana juga ada percekcokan. Saking jahatnya, Tamon sering membuat Shanny menangis! Ar...