Part Six

2.3K 32 3
                                    

Shanny bingung sekali saat dia tidak ada jemputan, mamanya tidak bisa menjemputnya karena ada urusan. Shanny ingin ikut sama Livi, tapi sahabatnya itu menolaknya mentah-mentah dan menyuruhnya ikut sama Gino, benar-benar aneh, padahal Shanny tahu jelas Livi bisa mengantarnya, aneh sekali. Lebih anehnya lagi, Gino menawarkan untuk mengantarnya.

Shanny mengangkat alisnya, menatap Gino curiga. “Kenapa tiba-tiba mau nganterin aku?” tanyanya.

Melihat wajah Shanny yang curiga, Gino tertawa. “Memangnya nggak boleh aku nganterin kamu?”

“Ya bukannya nggak boleh, aneh aja sih kamu tiba-tiba baik kayak gini.”

Gino mengacak-acak rambut Shanny. “Kamu lucu banget sih? Dijahatin ngambek, dibaikin curiga,” katanya.

Shanny memperbaiki rambutnya yang berantakkan. “Apaan sih, jangan acak-acak rambutku dong!” gerutunya.

Gino tertawa lagi, Shanny memang lucu, gampang sekali membuatnya tertawa. Pasti asik sekali berpacaran dengannya. Tanpa terasa Gino sudah sampai di depan rumah Shanny, Gino sedikit kecewa karena waktunya bersama Shanny sudah habis.

“Kita sudah sampai,” kata Gino.

“Iya aku tahu, aku punya mata okay?” gurau Shanny. “Gino, thank you udah nganterin aku.”

Gino terdiam, kaget Shanny memanggilnya dengan namanya sendiri. Shanny mengambil tasnya, bersiap-siap mau keluar dari mobil, tapi Gino menahan tangannya.

“Hmm… ya?” tanya Shanny ragu-ragu.

“Boleh ngomong sama kamu sebentar nggak?” tanya Gino serius.

Shanny menganggukkan kepalanya, tidak ada salahnya kan ngobrol sama Gino sebentar.

Gino menggenggam tangan Shanny, menatapnya dalam-dalam. “Mau nggak kamu jadi pacarku, Sha?” tanyanya.

Shanny terbengong-bengong, matanya terbelalak. Apa? Gino nembak dia? Pasti ini candaan lagi! “Nggak usah bercanda terus deh, Gi. Nggak lucu tahu!” bentaknya.

Gino menatap mata Shanny tajam. “Apa aku kelihatan seperti bercanda?” tanya cowok itu.

Shanny tahu mata itu nggak bercanda, tapi entah kenapa dia sulit mengakui kalau ucapan Gino benar. “Iya, pasti kamu bercanda,” elaknya.

Gino menggenggam tangan cewek di depannya itu erat. “Aku nggak bercanda, Sha. Aku suka sama kamu dan aku mau kamu jadi pacarku. Kamu mau nggak?” tanyanya.

Shanny menggigit bibirnya. Sakit! Berarti bukan mimpi! “Kamu nggak ngerjain aku, kan?” tanyanya ragu-ragu.

Gino menggelengkan kepalanya. “Nggak, Sha. Aku beneran suka sama kamu. Jadi, jawabanmu?”

Shanny melepas genggaman tangan Gino dan memakan es krim vanillanya. “Aku nggak tahu, Gi.”

“Kok nggak tahu?” tanya Gino lembut.

Shanny membalas senyum Gino. “Mungkin aku memang suka sama kamu, tapi aku sendiri nggak tahu itu benar atau enggak. Aku berusaha keras menyangkal kalo aku suka padamu, tapi aku sendiri sebenarnya nggak tahu. Aku nggak tahu, Gi,” jawab Shanny.

Gino tersenyum puas, lalu menggenggam tangan Shanny lembut. “Kalo gitu, jadi pacarku, Sha. Dari situ, kamu akan tahu sebenarnya kamu suka padaku atau nggak.”

Gino dan Shanny jadian!? Itu langsung menjadi hot gossip SMA Teresaris, bahkan anak SMP pun sampai tahu hal itu. Nggak pernah ada yang menyangka dua orang yang bermusuhan itu bisa pacaran. Tentu saja Tamon dan Livi nggak kaget, soalnya mereka yang mengatur kencan antara Gino dan Shanny.

Cry Baby In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang