20

781 70 0
                                    

Fiona berjalan dengan cepat menuju sebuah kantor kecil yang khusus untuk peran utama & panitia. Langkahnya begitu tergesa-gesa. Baru kali ini ia merasa tegang setengah mati. Ia merasa tidak yakin dengan pertunjukannya nanti. Dan berniat hendak menulis diary lagi sebelum pertunjukan dimulai. Ia baru saja hendak membuka kotak musik ketika pintu di ketuk & ternyata keluarganya yang datang. Kotak musik ia peluk dalam dekapan dadanya.

Ia melihat ke dalam ruangan kecil itu. Kosong. Fiona masuk & mengunci pintu. Lalu ia menaruh kotak musik di meja & membukanya. Terdengar alunan musik lembut. Dengan segera ia merasakan angin yang biasa menerjang tubuhnya hingga berputar-putar & pindah ke ruangan biasa. Begitu tiba Fiona langsung berlari menuju meja. Tidak mempedulikan wanita yang keluar melalui pintu.

Fiona meraih diarynya & membuka mencari halaman kosong untuk ia tulis. Jantungnya serasa mencelos melihat diary itu sudah penuh. Sudah terisi hingga ke halaman terakhir. Buku diarynya sudah habis!!! Lalu bagaimana ia bisa menulis mengenai impiannya? Apakah ini akhir dari hidupnya? Akhir dari impiannya?

"Apa?! Bagaimana bisa?! Kemarin kan masih ada halaman kosong, kenapa sekarang jadi habis?!"bisiknya dengan nada panik serta bingung. Ia merasa keringat mulai menetes di dahinya.

Fiona mulai celingak celinguk di ruangan itu. Memcoba Mencoba mencari buku diary kosong lainnya. Atau mungkin kertas kosong
"Aku hanya butuh selembar, please"desisnya membuka laci meja yang hampir semuanya kosong. Tak ada barang.

Klek....

Fiona menoleh kaget melihat suara pintu. Pintu coklat besar di mana wanita itu selalu keluar & lalu menghilang menyatu bersama dinding. Kini pintu itu ada. Ada di sisi ruangan dengan keadaan sedikit terbuka. Terlihat seleret cahaya dari balik pintu. Fiona mencoba memberanikan dirinya menuju pintu itu. Siapa tahu wanita itu ada di dalamnya & bisa membantu. Ia benar-benar butuh bantuan agar pertunjukkan ini tidak kacau.

Kaki Fiona melangkah dengan gugup. Ia tak tahu ada apa di balik pintu itu. Jantungnya berdetak makin cepat setiap semakin dekat dengan pintu tersebut. Fiona berdiri diam saat sudah di hadapan pintu. Sejenak ia merasa ragu & merasa tak enak. Tapi musik dari kotak musik masih lama. Ia bisa mencoba meminta bantuan wanita itu.

Tangannya terulur menuju kenop pintu & menariknya perlahan. Di dalam begitu sunyi. Sepi. Dan remang-remang. "Halo...."bisiknya tapi suaranya menimbulkan gema di dalam. Fiona merasa takut. Tapi dirinya nekat masuk ke dalam ruangan gelap itu.

Di ujung ruangan ia melihat ada pintu lagi yang terbuka & terlihat cahaya. Ah pasti wanita itu ada di sana, batinnya. Ia berjalan pelan menuju pintu di ujung. Makin lama ruangan itu semakin gelap pekat. Fiona merasa heran kenapa pintu satu lagi seperti jauh. Saat pertama lihat, tampaknya begitu dekat. Terlihat tak jauh. Tapi kenapa ia tak juga sampai di ujung ruangan.

Perlahan-lahan ruangan menjadi sedikit terang. Tercium aroma tajam yang aneh. Fiona mengendus. Seperti aroma kamper. Lalu Fiona merasa heran melihat ada beberapa baju, daster serta gaun tergantung di ruangan itu. Seakan ia seperti berada di dalam lemari baju.
Kakinya berjalan dengan pelan. Matanya sempat silau karena sudah lama berada dalam kegelapan tadi.

"Astaga, ibu, sedang apa anda di dalam lemari?!"seru sebuah suara wanita dewasa.

Fiona menjerit kaget saat merasakan sepasang tangan yang lembut tapi kuat memegang tangannya. Ditarik keluar membuat Fiona terperanjat kaget. Wanita yang menariknya berpakaian serba putih layaknya seorang perawat. Ia berada di sebuah kamar dengan ranjang putih dekat jendela & ada beberapa alat kedokteran yang ia tak tahu apa namanya. Perawat satu lagi melihat & mendekat.

"Ternyata anda masuk lemari, kami cari anda dari tadi, bu"ujar perawat itu membantu temannya menarik tanganku.

"Hei tunggu, kau mau bawa aku ke mana?"

"Anda butuh istirahat, bu. Ayo berbaringlah..."

"Aku tak sakit...aku...." Mendadak suara gadis tertahan di leher. Matanya melihat sesuatu yang aneh pada dirinya. Fiona melihat tangan yang berkeriput dengan warna coklat & berbintik coklat tua. "Kenapa tanganku keriput?!"

Perawat di sisi kiri tertawa geli. "Tentu saja keriput. Anda kan sudah berusia tua, bu Anastasia"

"Aku bukan Anastasia! Namaku Fiona!"seru Fiona panik seraya meronta keras. Ia berhasil lepas Dari pegangan ke dua perawat & hendak berbalik ke arah belakang. Tempat ia ditarik tadi. Hendak melarikan diri sebelum ditangkap orang aneh ini. Tapi saat berbalik badan, kembali Fiona terhenyak kaget.

Di belakang tubuhnya hanya ada lemari coklat dengan kaca besar. Dan kaca itu tidak memantulkan bayangan dirinya! Ia melihat sosok Anastasia Steel. Ballerina idolanya. Fiona terpana. Bagaimana bisa dirinya berubah menjadi sosok Anastasia? Kenapa ia menjadi Anastasia?! Kenapa tubuhku menjadi tubuh Anastasia tapi pikiranku masih tetap Fiona. Ke mana tubuhnya yang asli?

"Bu Anas, ayo berbaringlah..."

"Namaku Fiona! Sekali lagi aku bukan Anastasia. Kalian salah!!!"teriak Fiona panik.

Perawat memegang tangan Fiona yang meronta.
"Jangan mulai berkhayal lagi bu"

"Tidak, aku bukan Anastasia Steel. Aku Fiona & aku harus menari Odette sebentar lagi, lepaskan!"
Tiba-tiba Fiona merasakan sesak di dadanya. Ia memegangi dadanya dengan panik & napas tersengal seraya membungkuk. Rasa sakit serta sesak menguasai dirinya hingga ia tak tahan lagi

"Oh jangan sampai ia terserang jantung lagi, cepat bawa ke ranjang!"seru perawat membopong tubuh Fiona yang sudah terkulai lemas karena tak sadarkan diri.



Tbc......

Music Box (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang