Kenzie, orang-orang lebih akrab memanggilnya Ken. Dia adalah matahari di Prisma Jaya, magnet semua perhatian, penampung dari segala hal baik di sekolah ini. Ayahnya pemilik saham terbesar di Prisma Jaya, jelas dia orang terpandang. Seakan segalanya belum cukup sempurna, dia juga memiliki wajah yang tampan tanpa cela serta otak encer tiada dua. Ah, aku melupakan satu hal, dia ada di jurusan IPA, tepatnya IPA 1.
Siapa yang tak mau menjadikan laki-laki semacam dia gandengan?
Jawabannya sudah pasti aku. Karena aku bahkan tak sudi dia mengenalku.
Sudah hampir dua tahun sejak aku mengenalnya. Catat : AKU mengenalnya. Karena sejujurnya, meski kami sekarang hampir masuk ke tahun akhir sekolah, dia sama sekali tak mengenalku. SAMA SEKALI.
Lantas, bagaimana bisa sampai sekarang aku masih kesal padanya?
Kalian akan tahu mengapa rasa kesalku kini berubah jadi benci setelah mengetahui apa saja yang telah kulakukan selama dua tahun terakhir di sekolah ini. Sebelum kuceritakan lebih jauh, baca saja dulu tentangnya!
Banyak gadis mengantre bersedia jadi kekasih Ken. Namun anehnya, Ken tak pernah tertarik. Apa dia tidak normal? Bisa jadi. Tapi orang-orang tak ada yang berpikiran sepertiku. Bagi semua orang, seorang Ken adalah laki-laki gentle pemegang sabuk hitam taekwondo, ketua tim basket dan juga pemenang banyak olimpiade Sains.
Oh, bukankah dia sempurna tanpa cela?
Ya, tanpa cela jika saja dia bisa mengerem semua aktivitas yang mulutnya lakukan. Selain pemegang segala predikat di atas, dia juga seorang story teller yang ahli. Hari-hari selanjutnya sama seperti hari pertama tahun ajaran baru dua tahun lalu, seorang Ken selalu menceritakan berbagai kisah tentang hantu-hantu yang dilihatnya. Dia sama sekali tak menutupi kemampuannya. Apa yang dia lihat, itulah yang dia katakan.
Mungkin hal itu yang membuat beberapa gadis kadang urung mendekatinya.
Bayangkan, pernah ada seorang gadis menyatakan perasaannya pada Ken. Ken menolaknya, sudah biasa. Yang tak biasa adalah kata-kata yang Ken lontarkan sebelum pergi meninggalkan gadis penembaknya. "Lain kali kamu jangan buang pembalut sembarangan. Itu ada nenek yang dari tadi ngikutin kamu terus."
Seandainya aku jadi gadis itu, mungkin sudah kutonjok wajah Ken. Bayangkan! Laki-laki setampan dia mengatakan hal semacam itu padamu! Sayangnya, gadis itu sungguh polos. Bukannya marah, dia justru menangis meraung-raung, percaya pada perkataan Ken sepenuhnya, esoknya ia minta Pak Ustadz setempat untuk mengusir 'nenek' yang mengikutinya.
Pernah lagi, masih dalam kasus yang sama, ada siswa kelas X yang menyatakan perasaan ke Ken, dengan wajah menyesal Ken mengatakan, "Maaf, Dek. Aku nggak bisa nerima cinta kamu. Bukan karena aku nggak suka kamu. Kamu cantik, baik juga. Tapi, aku nggak mau bersaing sama orang yang udah lama nyimpen perasaan ke kamu. Dia lebih berhak dari aku atas kamu."
Campur aduk kalau dengar kata-kata itu? Tapi kemudian, dengan tampang tanpa dosa, Ken menambahkan, "Dia orang yang udah lama suka sama kamu. Dia ada di belakang kamu."
Gadis itu menoleh ke belakang. Hanya ada koridor kosong. Tak ada siapapun.
Masih banyak segudang kisah unik setiap kali ada yang berusaha mengungkapkan rasa suka pada Ken. Kurasa dia sengaja melakukan itu untuk cari perhatian. Apa perhatian semua orang terhadapnya selama ini tidak cukup?
Aku mendecih, kesal setiap kali mengingat segala hal tentangnya.
Teman-teman Ken juga mungkin sudah sama gila dengan anak itu. Jika Ken spontan mengatakan apa yang dilihatnya, teman-temannya akan menanggapi dengan tawa dan menjadikan ucapan Ken bahan lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse [Lunar Series #1]✔
Mystery / Thriller(TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA) Serena Aldyathena tak pernah menyangka mimpi buruk yang kerap hadir dalam tidurnya merupakan pertanda bagi terbukanya gerbang kegelapan. Sebuah kecelakaan menghentikan mimpi-mimpinya lantas menukarnya dengan...