Don't forget to give your star and comment after read. :)
Dua Minggu waktu libur semester terasa cepat berlalu.
Namun, sejak rentang waktu itu, Karen tak juga menghubungiku. Tak biasanya dia seperti itu. Karen yang kukenal adalah sahabat yang selalu datang ke rumahku meski hari libur sekalipun. Telepon dan sms yang kukirim juga sama sekali tak dihiraukan. Rasa kesal yang semula merambati hatiku berubah jadi khawatir. Jangan-jangan sesuatu terjadi padanya.
Aku menenangkan diri dan mencoba berpikir positif. Aku bisa menemuinya saat masuk sekolah nanti. Akan tetapi, di hari pertama tahun ajaran baru kelas XII, aku tak juga menemukan batang hidung laki-laki itu. Teman-teman sekelas dan anak-anak OSIS juga tak ada yang tahu keberadaannya.
Ada apa sebenarnya dengan Karen?!
Aku menyeret langkah menuju papan pengumuman. Berkali-kali mengembuskan napas, merasa bodoh karena selama dua tahun mengenal Karen, tak sekalipun aku pernah berkunjung ke rumahnya. Selalu dia yang ke rumahku! Meski aku tahu daerah rumah Karen, tapi tetap saja tak tahu rumahnya yang mana!
Hari ini pembagian kelas! Kuingatkan itu pada diriku demi menghibur diri. Lupakan tentang Karen sejenak! Melihat namaku di daftar kelas unggulan mungkin bisa memperbaiki mood-ku pagi ini. Ah, tapi, jika aku ada di kelas unggulan, sudah pasti aku tak akan sekelas dengan Karen.
Aku menggeleng sambil mempercepat langkah. Siapa yang peduli? Memangnya kami anak SD yang akan menganggap hal-hal seperti itu halangan untuk menjalin persahabatan?!
Tampaknya semua orang sama antusiasnya pagi ini. Papan pengumuman yang memuat daftar nama pembagian kelas yang kutuju dipadati siswa angkatanku-tentu saja. Pengumuman pembagian kelas X dan XI ditempatkan di papan lain.
Seorang gadis berkuncir kuda menyenggol lenganku. Aku menoleh, dia tersenyum lebar. Namanya Eka. Dia pemegang peringkat dua seangkatanku semester lalu. "Kelas unggulan," gumamnya sumringah.
Tentu saja aku ikut senang untuknya. "Selamat ya, Ka."
"Kamu gimana, Ser? Pasti kita sekelas dong!"
Aku juga penasaran. Sangat penasaran! Kutinggalkan Eka dan memilih menyeruak kerumunan sampai akhirnya tiba di barisan paling depan.
Kutelusuri lembar pertama jurusan IPS-IPS 1-kelas unggulan. Hatiku berdesir kalut karena tak kutemukan namaku di sana. Lembar kedua pun sama. Di lembar ketiga, barulah terpampang namaku di deretan huruf S. Aku menautkan alis, heran bercampur kesal.
Serena Aldyathena. IPS 3.
Demi Tuhan! Mengapa aku di IPS 3?!
Aku tak amnesia! Jelas-jelas akhir semester lalu aku menempati peringkat pertama di jurusan IPS. Menurut peraturan di sekolah ini, siswa-siswa dengan prestasi tertinggi sudah pasti ditempatkan di kelas nomor 1. Harusnya sekarang aku di IPS 1!
Dengan emosi memanas, kutelusuri deretan nama di lembar kelas IPS 1.
Nama Aldebaran Karendra, ada di daftar nama itu. Padahal peringkat Karen jauh di bawahku.
Dalam lembar IPS 1, ada pula nama Wahyuni Ekasari-gadis yang tadi menyapaku dan Bagaskara Dewa Aji-pemegang peringkat ketiga.
Jika mereka saja yang di bawahku ditempatkan di kelas unggulan, lalu mengapa aku tidak? Ini jelas-jelas keberpihakan tanpa dasar! Aku tak terima diperlakukan seperti ini!
"Mereka pikir, aku akan diem aja?" gerutuku. "Pasti karena beasiswa. Pasti!"
Kasar, kutarik kertas yang memuat namaku dari papan pengumuman. Tanpa memedulikan protes dan tatapan heran orang-orang di sekitar, aku segera melangkah pergi menuju ruang guru. Aku harus mendapat penjelasan yang masuk akal tentang ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse [Lunar Series #1]✔
Mistero / Thriller(TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA) Serena Aldyathena tak pernah menyangka mimpi buruk yang kerap hadir dalam tidurnya merupakan pertanda bagi terbukanya gerbang kegelapan. Sebuah kecelakaan menghentikan mimpi-mimpinya lantas menukarnya dengan...