Bab 4 : Berusaha Bangkit

17.1K 863 10
                                    

4 minggu kemudian.

aku sudah seperti orang gila yang tak tentu arah, bangun tidur dan tidur lagi. membolak balikkan badan diatas ranjang, dengan harapan yang munkin saja dikabulkan oleh tuhan.

"Ini sudah hampir 2 bulan ma." aku menatap kosong langit langit kamarku. saat itu, mama sudah ada dikamarku.

"Pamanmu menghubungi rumah, katanya dia minta maaf beberapa proyek harus dialihkan ke pihak lain. Masmu yusuf juga tidak bisa menghendel sendiri perusahaanmu, dia juga ada usaha sendiri. Kamu harus tetap kerja le." mama mengusap usap tanganku.

Ini sudah hari yang kesekian kali, aku merindukanmu. Tapi apakah rasa rindu ini tidak sampai padamu. Katanya jika 2 orang saling mencintai, walaupun tidak saling berjumpa dan menatap satu dengan yang lain. Hati mereka akan terhubung dan saling merasakan apa yang dirasakan setiap pasangannya.

"Kamu punya tanggung jawab sama karyawanmu le. Mama tau kamu menghukum dirimu sendiri karena telah melukai istrimu. Kamu jarang makan, jarang mandi, nggak pernah ngomong, dan menjadi pendiam seperti ini." mama kembali bicara.

Sungguh 4 minggu menyusuri setiap tempat yang pernah kita kunjingi bersama, bahkan apapun nama kota dna tempat yang teringat pernah diucapkan oleh istriku sudah aku kunjungi. Tapi hasilnya nihil. Aku sudah lelah. Hatiku kosong setiap aku memikirkan dia. Ada ruang hampa. Rasa rindu yang seperti hati ini tercengram kuat.

Nadiaku. Aku tampa sadar bersuara parau.

Dimana sayang.

Mama lalu memelukku erat.

"Jangan begini le. Makan ya. Kamu harus tetap punya tenaga. Kamu harus kerja le. Nadia pasti akan senang saat kembali. Dan melihat kamu baik baik saja." mama menangis dalam peluknya padaku.

"Arsen tau, arsen salah ma. Tapi dia kenapa tidak membiarkan arsen menjelaskannya. Atau setidaknya dia marah marah pada arsen. "

"Arsen menyesal. Kenapa dia hanya diam. Arsen sakit ma. Saat mmbayangkan nadia, menangis seorang diri. Merasakan sakitnya. Bertingkah baik baik saja. Tapi tiba tiba terluka."

"Arseb suami macam apa yang tidak menyadari rasa sedih istrinya."

Aku merasakan pelukkan mama semakin erat.

"Jangan hancurkan hidupmu le. Melangkah perlahan. Bagaimana kamu menemukan istrimu dan menjaganya. Jika kamu seperti ini."

Aku sudah tiga hari tidak makan, hanya minum, dan berbaring dikamar ini. Mengharapkan belas kasih dari tuhanku. Berdoa sepanjang waktu agar dia menjaga istriku dan mempertemukan kami.

Mama berhasil menyuapiku. Seperti anak yang kembali kemasa kecilnya. Mama dengan telaten memasukkan nasi sedikt demi sedikit ke mulutku.

"Kamu harus semangat le." mama tersenyum.

aku terbayang semangat para karyawan dan rekan kerjaku di kantor, mama bentar ketika kita terlalu fokus dengan diri kita dan hidup kita, banyak hal lain yang akan kita abaikan. banyak orang yang akan terpengaruh dengan setiap tindakan yang akan atau bahkan sudah kita lakukan. dan mungkin seperti diriku ini.

karyawanku akan terbengkalai. banyak proyek batal dan akhirnya aku tidak dapat membangun usah dan menemukan nadiaku.

Aku harus bangkit.

Aku harus berusaha lebih keras.
Pasti ada sedikit petunjuk yang akan mengantarkanku kesana.

aku membuat keputusan untuk memulai hal baru.

----

Pagi ini, hari pertama aku menginjakkan kakiku ke kantor ini. Setelah 2 bulan berlalu.
Tak peduli penampilanku, aku hanya berusaha memperkuat diriku untuk setidaknya terlihat rapi dan baik baik saja.

"Selamat datang bro." aku menyambut peklukkan hangat farel rekanku. Dan beberapa pelukkan serta jabatan tangan ksryawan dan rekanku yang lainnya.

"Semua sudah siap memperoleh tugasnya. Kita juga ada 3 proyek skala dsrurat yang harus segera dimatangkan untuk naik tahap tender" ujarnya. Farel adalah rekan, sahabat dan juga sekertarisku. Berkat dia, selama 2 bulan ini. Semua masih berjalan sama. Walaupun proyek krcil sudah diatasi dan harus merelakan beberapa proyek besar sebagian membatalkan Kontrak tapi dengan berusaha dia berhasil mempertahankan sisanya dan aku harus berjuang bersmaa yang lain untik tetap menatap masa depan perusahaanku.

"Siapkan rapatnya rel." aku mengistruksi kepada farel. Untuk memulai rapat. Untuk saat ini aku harus sedikit saja menyisihkan rasa rinduku. Hanya demi melanjutkan masa depan banyak orang.

-------
To be continue

I miss You, My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang