Tidak baik mendiami orang baik terlalu lama.
Itulah yang saat ini sedang kulakukan.
Disiang bolong, aku dan farel kini duduk manis di cafe tempat biasa kami nongkrong berdua. Seperti seorang kekasih yang sedang marah. Dia akan tetap diam disana. Melipat kedua tangannya di dada. Seperti ingin marah dan membutuhkan penjelasan tentang sesuatu hal dari diriku.
"Sepasang capuccino." Seorang pelayan bersuara. Memecah keheningan diantara kami. Meletakkan 2 buah cangkir capuccino dimeja kami.
"Terimakasih mbak." Ujarku. Lalu meminum seteguk capuccino itu.
Farel hanya menatapku. Menyelidik setiap tingkahku.
"Gw tau gw ganteng rel." Aku terkekeh kemudian. Saat dia hanya menyipit mengangkang alis kanannya dan memasang wajah datar.
"Lu ngajakin Gw kesini, bukan karena harus mendengar kepedean elu kan sen?" Tanyanya.
"Gw mau baikkan sama elu. Udah mau tiga hari. Lu ngambek nggak jelas. Kan dosa kalau udah tiga hari kita ginian terus."
"Ngambek? Dan nggak jelas?" Dia bertanya lagi. Mempertajam kata pertama dan terakhirnya.
"Hhehehe. Lukan lagi ngambek." Ujarku.
"Gw nggak nagmbek, hanya malas saja dengan lu."
"Sama ajalah. Hhehe. Gw nggak mau diabaikan sama temen baik gw juga."
"Gw butuh penjelasan soal Feby. Dan Gw harap segala pemikiran negatif diotak gw. Salah." Dia mengambil capuccino dan meminumnya.
"Febby hamil rel." Uhuk uhuk. Farel tersedak. Hingga ingusnya keluar capucino.
"Uhuk uhuk." Dia menekan nekan hidungnya. Hhaha.
"Gila lu sen." Dia kesakitan.
"Hahahaha. Katanya lu butuh penjelasan." Aku menyerahkan tisu padanya. "Elap ingus lu. Jorok."
"Anak elu?" Dia menatap Gw tajam.
"Bukanlah. Gw itu cuman bantu dia."
"Bantu bikinin anak?" Aku langsung menjitak kepalanya.
"Gwkan sejak dulu udah bilang. Feby bukan cewek bener. Lu aja yang terlalu naksir dia. Dan bahkan sekarang lu bener bener gila, lu menghamili seorang cewek lain, padahal disisi lu ada istri lu yang seribu kali lebih baik dari feby." Tambahnya.
"Itu bukan anak Gw rel." Aku menekankan kata kata itu. Sialan si farel.
"Lah terus? Walaupun bukan anak elu. Tapi si febykan yang lu jadiin selingkuhan dan ngerusak hubungan lu sama Nadia." Ucapan farel menonjok hatiku.
"Kata si Feby itu anak Revan." Ujarku lirih.
"Revan yang mana? Temen elu apa temen gw?" Tanya farel.
"Jangan bilang Revan? Yang itu?" Selidik farel kemudian.
Lalu aku menganggukkan kepala.
"Gila lu!" Dia benar benar terkejut.
"Astagfirullah hal azhim. Kok bisa. Terus gimana nasib si Feby? " Farel kini ikut termenung.
Pada awalnya aku juga tidak bisa mempercayai nasib Feby soal anak yang dia kandung adalah anak dari Revan sahabat kami waktu kuliah dulu dan sekarang Revan sudah tenang disurga sana.
"Ya Allah, terus gimana si Feby? Udah bilang ke orang tua Revan." Kini farel merapatkan dirinya dan bersiap mendengarkan apapun yang aku akan katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I miss You, My Wife
RomanceAku tersadar setelah kepergian dia Yang aku tau hanya penyesalan. 1 tahun apakah belum cukup bagimu untuk menjauhiku? #perselingkuhan BEBERAPA PART DI PRIVASI. FOLLOW UNTUK MEMBUKA