Bab 10 : hari pertama

15.3K 707 14
                                    

"Yonsan jauh nggak dari sini mas?" tanya arsen. Sambil menuangkan kopinya pada piring kecil didepannya.

"Distrik yonsan?" tanya domex.

"Mungkin itu."

"Yongsan nggak jauh mas, kalau mau kesana bisa pake subway aja. Semua terhubung disini. Kalau disana itu banyak banget mas komunitas muslimnya, dan terkenal sebagai surga makanan halalnya seoul. Banyak pendatang dari arab dan timur tengah dan kalau ke teingahnya di daerah itaewon ada masjid terbesar di seoul mas. Dan kalau saya kesana pasti banyak orang indonesianya." terangnya.

"Oh gitu ya mas."

----

Arsen baru saja bangun dsri tempat tidrunya. Perjalanan kliling seoul bersama domex dan mencicipi beberapa makanan indonesia di korea lumayan menguras tenaga, hasilnya dia harus bangun terlambat pukul 9 pagi.

Sambil masih menguap dia melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.

"Semoga aku akan menemukanmu hari ini."

Perjalanan pertama dimulai, dari hotelnya di distrik yongsan. Hari ini dia akan menuju ke tempat dimana nadia berada.

----
Arsen POV

Hujan.

Aku berlari menyusuri jalanan bersama beberapa orang lainnya mencari tempat untuk berteduh.

Memang sejak keberangkatanku beberapa jam yang lalu, sebagian besar daerah ini diselimuti mendung. Untung saja banyak pepohonan besar dan hampir semua toko di daerah ini mrmiliki teras dengan beberapa kursi di depannya. Jadi aku merasa sedikit tenang, dan tidak kehujanan.

Aku menatap sekelilingku, beberapa orang sudah membuka payung mereka dan berlalu pergi. Yang lainnya juga sibuk dengan jas hujan yang akan digunakan.

"Sialnya aku." aku tertawa kecil. Bayangkan saja saat ini aku akan menjadi yang terakhir berteduh disini. Dengan mencium aroma toko roti yang ada dibelakangku.

Perjalanan mencari nadia berakhir di distrik songbo paling barat seoul, padahal yongsan ada disebelah selatan.

Menyebalkan sekali. Aku juga tidak langsung berhenti dan kembali ke subway malah jalan jalan kesini mengikuti kerumunan orang yang keluar dari stasiun.

Percaya diri sekali.

"Permisi pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang terdengar dari arah pintu.

"Ehh." aku menoleh. Seorang pria dengan celemek dan topi menyapaku.

"Mohon maaf, manager kami berujar. Tidak boleh berdiri didepan pintu kami terlalu lama." ujarnya.

Aku lalu tersenyum.

"Maaf mas, hujan. Saya berteduh."

"Silahkan masuk saja." ucap seseorang dibelakang pria itu. Seorang wanita parubaya.

"Oh, tidak bu. Terimakasih."

"Kalau kamu disitu, malah kesannya kami tidak ramah. Silahkan masuk dan menunggu hujan redah didalam saja. Gratis." dia tersenyum padaku.

"Baiklah bu." akupun berlalu. Pria itu tersenyum dan mengikutiku dibelakang setelah wanita itu masuk.

Kesan eropa menyapaku, bangunan ini ttidak terlalu luas. Sebuah toko roti kecil dengan perpaduan cafe mini. Ada beberapa pelanggan disini, beberapa menatapku yang baru masuk. Dan aku mengamati setiap sudut untuk mencari kursi yang lumayan nyaman untuk diduduki.

"Saya dikursi sebelah jendela no 13 itu." ujarku pada pelayan.

"Bawakan kopi hangat dan 2 roti cokelat. Seperti paket itu." tunjukku kearah meja pemesanan.

"Siap pak." jawabnya. Dia berlalu pergi dan aku berjalan ke arah meja itu.

Tidak ada salahnya singgah sejenak untuk mengisi perut. Perjalananku masih panjang, kalau harus berbulan bulan disini juga tidak masalah. Yang penting aku harus menemukan dia.

"Permisi pak, dari indonesia?" tiba tiba seseorang mengagetkanku dari belakang.

"Oh, iya saya dari indonesia." jawabku seketika. Pria parubaya dengan janggut berwarna putih tersenyum kearahku. Lalu kami berjabat tangan.

"Wah, senang sekali bertemu dengan bangsa sendiri di negara orang."

"Hhehe. Senang bertemu juga pak. Silahkan duduk."

"Tidak tidak, saya masih banyak pekerjaan disini. Saya waktu memasak. Seorang pelayan menghampiri saya dan berkata bahwa ada orang dengan polo lambang garuda diluar. Dan ternyata benar aku melihatmu." jelasnya. Aku anya tersenyum dan mengangguk menyahuti pria itu.

"Kamu harus mencoba menu spesial di tempat ini." tambahnya.

"Tidak tidak. Aku sudah memesan makanan." aku menolak halus. Sebenarnya senang saja mendapat menu spesial. Biasanya ini GRATIS. Ujarku dalam hati.

"Tidak apa apa, ini gratis. Khusus untuk pelanggan indonesia." dia lalu tersenyum.

"Tunggu saja. Nanti akan dikirim dan nikmati ya." dia berllau menuju ke arah dapur kembali.

Rejeki jangan di tolak. Hhehe.
----

Mr. Hartono, dia berusia 56 tahun. Sudah berada di negara ini kurang lebih 30 tahun dan karena sudah menikah dengan orang korea dia memutuskan untuk mengubah kewarganegaaraannya menjadi korea. Sungguh disayangkan ujarnya, tapi bagaimanapun hatinya tetap untuk indonesia. Dia sekarang hidup hanya berdua dengan istrinya dan anaknya cuman satu sekarang sudah bekerja menjadi seorang hakim di daerah yongsan.

Di korea saat ini ada festival gayang, salah satu festival terbesar untuk menghormati tradisi dan budaya korea. Beberapa orang akan saling bersenang senang menikmati hari istimewa mereka bersama keluarga tercinta. Entah itu dijalan, pusat kota maupun rumah masing masing.

Berkat aku bercerita tentang tujuanku untuk ke yongsan karena ingin menemui seseorang, mr. Hartono ternyata juga akan kesana. Karena istrinya sedang ada dirumah anaknya. Dan alhamdullilah seperti kebahagiaan dan keberuntungan aku akan pergi kesana dengan mr. Hartono.

"Apa langsung tidak kembali dulu?" tanyanya. Kami sekarang sudah selesai mengobrol cukup lama. Katena memang mr. Hartono menungguku untuk menunggunya dan akhirnya memang mungkin dasarnya dia banyak bercerita akhirnya kami larut dalam obrolan panjang hingga sore ini.

"Iya, tidak masalah. Nanti akan lebih cepat melepas kangennya pak." ujarku. Dia langsung tertawa.

"Baiklah. Aku akan membereskan beberapa barang."

Kamipun selesai bersiap. Aku hanya merapikan bajuku dan memakai jaket yang diberikan mr. Hartono dan dia sudah dengan pakaian, jaket dan bsrang digenggaman tangannya.

"Kamu tadi katanya sempat nyasar ya." aku menggangguk.

"Memang kereta jurusan ini dan yongsan warnanya hampir sama. Jadi ya buat pengalaman saja. Untuk selanjutnya kalau ingin ke suatu tempat. Kamu hitung dan baca penjuknya lebih ulang. Untung saja kesini. Kalau salah lagi kamu bakal berhenti di bandara incheon. Hhehe." tawa kami sama sama lepas. Mr. Hartono mengahiri nasihatnya dengan candaan.

Obrolan kami berlanjut. Berjalan kaki lebih lama. Menikmati cahaya matahari yang sudah mulai pudar. Katanya kami akan tiba di yongsan malam sekitar jam 7 an dan dia juga menawarkanku rumahnya untuk singgah sementara.

"Sudah lama sekali saya tidak mengobrol se asik ini dengan bahada indonesia." terangnya.

"Kata teman saya yang orang indonesia diseoul cukuo banyak orang indonesianya." ujarku.

"Mereka hanya ada dibeberapa tempat dan terkadang dengan wajah saya yang katanya banyak barat ini. Jarang dari mereka yang berfikir saya orang indoensia." tawanya.

" ya diajak ngobrol pak."

"Saya jarang kalau ngobrol. Hhehe."

"Sudah nyampek. Kita turun lift dan pesan tiketnya."

"Siap pak."
---

Salam hangat,
ARS

I miss You, My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang