Bab 5 : Mantan Dari Masa Lalu

18.9K 949 22
                                    

saat ini aku sedang duduk seorang diri didalam sebuah cafe. Menikmati lantunan musik melancolis dan meminum secangkir kopi.

Ponselku berdering.
Tertulis jelas sebuah nama disana yang beberapa bulan ini aku hindari.
Puluhan pesan yang dia tulis bahkan tak pernah ku baca.

Aku marah

Aku tak peduli lagi kepadanya.

Aku hanya melihat sekilas dan memalingkan wajah. Mengabaikan bunyinya.

"Kemana lagi aku harus mencarinya Nadia." Aku mengusap rambutku kebelakang.

---
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hanya ada aku dan beberapa karyawan yang tersisa termasuk farel.

Setelah kembali dari cafe itu aku membawakan beberapa kopi untuk menemani kerja lembur diriku dan mereka.

"Jangan bertingkah konyol lagi ris," farel memukul kepala faris. Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.

Kami semua disibukkan. Dengan deadline pematangan 2 kontruksi berskala besar sekaligus. Dan setidaknya satu diantaranya selesai hari ini.

"He, matikan aja hpmu atau Silent gitu sen. Kalau memang kamu nggak mau jawab.

Farel benar benar usil, selain dia datang dan pergi berlalu lalang dari ruanganku. Dia juga dengan lancang langsung mengambil ponselku.

"Kembalikan rel." Dia mengangkat angkat ponselku yang masih berdering ditangannya.

"Siapa sih yang lu abaikan seperti ini. Kuping Gw rada risih, udah berkali kali." Aku segera berdiri dan meraih ponsel itu sebelum dia membacanya.

"Balikkin dan kerjakan kerjaan elu rel!" Aku memukul kepalanya. Saat itu juga dia terdiam.

Matanya melotot bergantian antara ponselku digenggamannya dan diriku.

Ada apa gerangan?

"Ini Febyola? Mantan lu di kampus dulu?" Tanyanya begitu saja padaku.
Aku lalu menarik hpku dari tangannya.

Dia tidak seharusnya selancang itu.

Walaupun dia temanku, seharusnya dia memiliki rasa menghargai privasi orang lain.

"Bukan. Lu salah orang." Aku hanya menjawab sekenanya.

Bagaimana mulutnya gampang sekali menyebut nama itu.

"Gw nggak bego, buat mengingat sejarah perjalanan cinta lu di kuliah sen." Dia menatapku. Matanya seolah menyelidik dan siap menjadi hakim saat ini.

Aku hanya tak ingin bicara, tak ada penjelasan apapun. Dan saat ini aku sedang tak ingin siapapun mengusik nama itu.

"Bukan diakan? Alasan Nadia?" Dia kini semakin menatapku.

Ponsel ditanganku kembali berdering.

PANDA. Terlukis jelas nama seorang binatang disana.

"Angkat ponselmu, dan pastikan bahwa tebakanku salah."

Dia berusaha meraih ponselku. Aku mengangkat tanganku dan memundurkan badanku.

"Angkat sen!" Ujar farel geram.

Aku bahkan kini tampak kalut.

"Pergi lu keluar." Aku berteriak pada farel.

"Ohh, lu mau bikin ruang privasi antara diri lu dan mantan lu itu." Ujarnya.

" Bukan gitu rel." Aku ingin bicara dan menjelaskan sesuatu padanya.

I miss You, My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang