Bab 9 : seoul

15.4K 767 5
                                    

" setidaknya aku akan berjuang untuk mengejar maafmu."
----

Bagiku dirinya adalah segalanya, ketika aku sudah memutuskan untuk meminangnya berarti kami sudah resmi untuk bersama.

Bodoh memang ketika kita mulai menjalin masa depan dengan seseorang yang sudah mencintai kita dengan ketulusannya. Kita malah membuat hal yang sempurna itu berantakan. Bahkan seperti saat ini.

----

Pesawat Garuda Indonesia baru saja tiba di bandara internasional Seoul, arsen mengusap wajahnya. Tampak jelas senyumnya tersungging sempurna diantara bibirnya saat ini. Mata kecokelatannya yang menadang lapangan bandara dari jendela pesawat, Seperti berusaha mengartikan sesuatu yang ada didalam hatinya.

"Sudah terllau lama rasa ini merindukanmu." Ujar lirih arsen.

Beberapa menit kemudian seorang pramugari berjalan menghampirinya dan mempersilahkan dia untuk turun dari pesawat.

Langkahnya perlahan dengan pasti membawa sebuah tas ransel dan koper yang dia tarik dibelakangnya perlahan keluar dari pintu kedatangan mengikuti penumpang lain yang telah lebih dulu ada didepannya.

Ponselnya baru saja dinyalakan, beberapa pesan sudah masuk. Untung saja dia mengunakan salah satu operator yang cukup terkenal dan mumpunin dalam hal koneksi internet dan otomatis paket roamingnya sudah menyala.

"Kamu jangan lupa makan. Inget inget aku terus ya. Siapa lagi yang perhatian sama kamu kalau bukan aku. Jangan lupa bawain aku cewek korea."

Arsen tersenyum. Bagaimana bisa farel mengirimkan kata kata yang membuat perutnya terpinkal.

----

"Muhammad arseno Darmawan." Matanya bergerilya mencari sosok orang yang sedari tadi terdengar sama memanggil manggil namnya. Bahkan beberapa kali dia harus melompat diantara kerumunan itu. Farel kurang kerjaan sekali, sebenarnya dia bisa memesan hotel atau apapun itu untuk kegiatannya di negara ini, tapi katanya akan lebih mudah jika bersama orang Indonesia yang paham daerah ini. Apalagi kata farel komunitas orang Indonesia di Seoul sudah kayak organisasi saja yang anggotanya sudah ribuan.

"Mas Demox." Tanya Arsen seketika dia menemukan seorang pria dengan membawa tulisan Namanya.

"Mas Arsen ya?, Teman mas Farel?" Tanyanya kembali. Arsen lalu mengangguk dan an memberikan senyum padanya.

"Bener mas. Saya Arsen." Jabat tangan Arsen. Pria itu lalu mempersilahkan dia mengikutinya dan ikut membantu Arsen membawa kopernya.

"Wah merepotkan mas. Saya bisa sendiri."

"Ndak mas. Saya bantu saja. Tas ranselnya mas juga berat kayaknya. Ini bisa saya bantu tarikkan." Ujar mas Demox.

"Bandaranya lumayan lebar mas. Tadi sempet parkir jauh juga soalnya lagi rame kayaknya parkirannya. Jadi harus turun lift dan pindah ke basemant bawah." Tambahnya. Aku hanya mengangguk.

Bandara Seoul padat sekali itu yang kini Arsen amati. Banyak orang China berlalu lalang, dan banyak juga orang bule sesekali terlihat. Kota ini cukup terkenal di dunia, apalagi kata Nadia dulu drama Korea itu Best the Beat, yang jelas drama paling bikin Baper sedunia. Dan perkiraan Arsen semua orang yang datang kesini pasti kalau nggak pekerjaan ya turis wisata.

" Yah mungkin itu juga alasan mereka kemari karena Best the best itu. " Batin Arsen.

Dia lalu mengamati pria yang menjemputnya dibandara hari ini, kata farel nama asli pria ini Abdul khodir aksegaf. Tapi disini dipanggil Demox. Kurang tau juga alasannya, arsen hanya tertawa saat farel berujar soal itu. Domex berusia 24 tahun, lebih muda beberapa tahun dari Arsen. Pria itu bekerja di salah satu perusahaan manufaktur disini sebagai teknisi di bidang perpipaan. Katanya farel lagi, domex itu paling ahli dan waktu dia minta izin keluar dari perusahaan itu, eh malah ditambahi gaji lagi, agar si domex ini mau bertahan.

Domex memang mudah sekali akrab demgan orang baru, apalagi kalau mrlihat domex ini mirip dengan orang yang menurut arsen sejenis farel. Ramah dan banyak bercerita.

"Mas Arsen mau berapa hari di Seoul mas?" Tanya domex tiba tiba.

"Saya 1 bulan mas. Tapi bisa diperpanjang fleksibel." Jawab Arsen.

"

Sudah bikin visa mas berarti?" Tanya domex lagi.

"Belum. Hhehe. Ini juga nggak ke planning tiba tiba kesini. Kemarin juga kejar penerbangan."

"Wih biasanya Ndadak mahal mas tiketnya." Ujar domex. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Pantesan tadi saya baca keluar dari gate 1. First class. Udah 8 digit aja." Candanya.

"Hhehe. Ndak juga mas. Oh iya, disini susahkah ngurusnya di KBRI nanti?" Tanyaku.

"Ndak susah susah banget mas. Cuman ya gitu, prosedurnya banyak banget. Padahal kita juga warga negara indonesia. Tapi agak diperlambat gitu." Terang mas domex.

"Masnya ini warga negara mana?" Tanya Arsen.

"Indonesia mas. Jadi sering pembaruan visa. Cuman berhubung ada ikatan dengan salah satu perusahaan ya Alhamdulillah lancar dan cepat mas."

"Wah, enak ya kerja di negara orang?"

"Ndak juga mas. Disini serba ketat mas.ya lebih tertata aja sih mas. Segala hal mudah. Cuman karena mungkin waktu yang berjalan cepat. Jadi kadang kita nggak ada waktu buat istirahat maupun senang senang."

Mereka saling berbincang, sambil menuju lift ke arah basement bawah.

"Oh ya mas, nanti rencana nginep dimana?" Domex. Mengangkat tas Arsen. Saat masuk kedalam lift yang sudah hampir penuh.

"Rencananya Maoure Hotel. Sekalian ketemu sama manager proyek untuk Marger di Indonesia mas." Jawab Arsen.

"Masnya tau?" Tanya Arsen.

"Hhehe. Kan ada google maps." Mereka lalu berjalan mendekat ke atas mobil domex yang tidak jauh dari lift itu.

"Masuk mas. Nanti kita mampir dulu ke swalayan. Buat makan mas." Ujar domex.

Mobil pun berlalu keluar dsri bandara menyusuri jalanan seoul.

----
Butuh sebulan bagi arsen untuk mengumpulkan banyak informasi tentang keberadaan nadia, mulai dari dimana pekrrjaannya, kesehariannya dan bagaimana kabar anak mereka?.

Arsen berhasil mengumpulkan sebagian dsri semua itu. Nadia mrmang di korea, berkat bantuan nae dan trmannya yang ada di korea. Arsen berhasil mendapatkan foto nadia untuk pertama kali dalam kesekian kalinya. Nadia tersenyum memeluk beberapa orang disekitarnya. Dia sedang bekerja dan kuliah juga disana.
Nadia berada disebuah kompleks pedesaan kecil diselatan seoul, menjadi konsultan keuangan daerah dan melanjutkan pendidikan S2nya di universitas seoul.

Arsen belum mendapatkan informasi apapun tentang anak mereka. Dia berkali kali mencari tau tapi tak ada info apapun yang dia peroleh.

Seperti sebuah berkah, perusahaannya berkesempatan memperoleh penawaran dari perusahaan teknologi di korea selatan untuk pembangunan gedung mereka di indonesia. Jadi setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan,dan mengurus apapun, dia memutuskan untuk menambahkan pekerjaannya menjadi satu untuk kunjungannya ke korea selatan membawa nadia pulang.

---
"enak mas." Sate kambing yang terakhir sudah habis dari gigitan Arsen.

"Hhehe. Disini pusat makanan Indonesia yang paling enak dan murah mas." Ujar domex.

Arsen sudah mengalir saja mengobrol dengan domex, pria ini sangat mudah mencari topik untuk mencairkan suasana.

---

To be continue.
Salam
ARS.

I miss You, My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang