Jam sudah menunjukkan angka 9 malam namun Bulan dan Bintang tak kunjung keluar dari Black Cafe dikarenakan tugas mereka belom kelar. Bulan terlihat melipat kedua tangannya di dada dan wajahnya terlihat seperti anak bebek karena bibir gadis itu terlihat maju beberapa senti.
"Iya maaf deh, Lan. Gue tau gue salah tapi itu mukanya jangan ditekuk napa. Kesannya gue kayak penculik anak kecil," Bintang masih berkutat pada laptop namun sesekali cowok itu menatap Bulan yang berada di depannya yang sedang menatap cowok itu seakan-akan musuh bebuyutannya.
"Harusnya kita bisa kelarin ngerjaiin nih tugas dari 2 jam yang lalu tapi gara-gara kumpulan cabe-cabean lo yang dateng tiba-tiba ganggu semuanya dan bikin pulangnya jadi telat!"
Meskipun jam sudah menunjukkan angka sembilan malam, Black Cafe ini masih ramai dikarenakan saat ini adalah malam minggu terlebih diluar sana hujan sudah mengguyur jadi banyak orang yang memutuskan untuk berteduh sekaligus ngopi-ngopi disini. Akibat Bulan yang berbicara dengan suara yang lumayan kera pun para pengunjung cafe sini pun mulai melempar pandangan ke Bulan dan Bintang.
"Ssh gak boleh gitu ngomongnya. Masa cewe cantik ngomongnya kasar." Bulan melotot kesal saat Bintang yang dalam keadaan begini masih saja bisa menguji emosi Bulan.
"Tau ah! Gue mau pulang duluan aja. Lo selesaiin tugasnya aja sendiri!" Bulan beranjak berdiri namun dengan sigap, Bintang meraih pergelangan tangan cewek itu.
"Percuma lo pulang duluan. Ujan, Lan."
"Ya bodo amat! Emosi gue lama-lama disini."
Bintang menghela napas pelan lalu ia beranjak berdiri dan mendekatkan diri pada Bulan yang sedang berdiri dengan tangan ditekuk di dadanya. Bintang menyentuh kedua pundak bahu Bulan lalu menghadapkannya ke arahnya sehingga Bulan sekarang berhadapan dengan Bintang. Cowok itu menatap dalam mata Bulan.
"Gak usah natap ala-ala Edward Cullen gitu deh, Tang. Mata lo belekkan." ujar Bulan yang membuat Bintang mengusap wajahnya kasar. "Lo mah gak bisa diajak romantis, Lan."
"Ye siapa juga yang mau diromantisin lo!? Romantisin aja cabe-cabean lo itu."
Bintang terkekeh geli mendengar ucapan Bulan. "Mereka bukan cabe-cabean gue, Lan. Mereka mantan gue."
"Mantan sampe tiga." Bulan mendesis kesal membuat Bintang menaikkan alisnya sebelah.
"Lo jealous?"
"He ubi jalar! Bukan masalah jealous apa gimana, masalahnya gara-gara tiga mantan lo yang entah kebetulan atau apa tadi ada disini, ngebuat tugas kita gak kelar-kelar!"
"Ya kan gue mana tau kalo mantan-mantan gue kebetulan bisa mampir di cafe ini. Lo kira gue dukun yang bisa ngeramal?"
"Ya setidaknya lo gak ngobrol sama mereka sampe selama itu!"
Bulan refleks meneriaki Bintang yang membuat mereka menjadi eye center di cafe ini. Bintang pun tersenyum menyeringai. Pasti orang-orang sedang menyangka Bulan dan Bintang sepasang kekasih.
Bintang menyentuh pipi kanan Bulan dengan lembut. "Sayang, jangan gitu dong. Aku minta maaf ya?"
"Itu mulut mau gue jait ya, Tang!?"
Belom sempat Bintang menjawabnya, tiba-tiba saja seorang lelaki yang kira-kira berumuran 20 tahun berceletuk. "Dimaafin atuh mbak itu pacarnya kasian dimarahin mulu daritadi."
Bulan pun membelalakan matanya. Apa kata pria itu tadi? Bintang itu pacarnya? Rasanya Bulan ingin mendorong pria itu dari jembatan.
"Maaf ya mas, pacar saya emang suka begitu. Hehe." Bintang merangkul Bulan yang membuat Bulan meringis pelan. Ingin rasanya Bulan membuat wajah cowok disampingnya ini babak belur namun bisa-bisa nanti Bulan diamukin massa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Antara) Bintang Bulan - [ABS 1]
Teen FictionDITERBITKAN OLEH @anonymous.publisher #2 in Teenfiction (July 6th 2018) Bulan pikir, semesta akan mengabulkan permohonannya untuk tidak kembali sekelas dengan cowok tengil menyebalkan yang pernah mengambil susu stoberi tanpa seizinnya. Namun tampakn...