Empat Puluh Dua:: Kasihan

20.4K 1.5K 39
                                    



Bulan, Zildan, dan Zibran telah selesai makan di warung tenda seafood langganan Bulan. Setelah membayar, mereka pun berniat untuk langsung pulang karena sudah jam 9 malam. Namun sayangnya, cuaca sedang tidak baik malam ini. Hujan turun yang membuat aktivitas orang-orang tertunda.

"Yah ujan nih. Gimana dong?" ucap Bulan yang melihat rintik-rintik air hujan dari luar tenda warung.

"Tunggu sampe reda aja." balas Zibran yang dibalas gelengan tak setuju dari Bulan. "Kelamaan dan udah malem tau! Ntar kalo Mama sama Papa nyariin gimana?" Zibran menggaruk tengkuknya tak gatal. "Abis, kita gak bawa payung. Masa iya terobos sampe mobil? Hujannya lagi deres tau."

Bulan memutar kedua bola matanya malas. "Kan mobilnya deket gini. Terobos aja yuk Kak!"

Zibran menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ogah! Nanti kalo Ara sakit trus kita juga sakit gimana?"

"Kalo sakit tinggal minum obat. Ayo Kak Jil, Kak Ji!" Bulan menarik kedua tangan kakak kembarnya itu.

"Aduh punya adek gini-gini amat." gumam Zildan sambil mengelus dada bidangnya.

"Udah lah turutin aja. Sampe rumah tinggal langsung minum obat biar gak sakit." bisik Zibran pada kembarannya.

Bulan melotot pada kedua kakak kembarnya itu. "Ih malah bisik-bisik! Ayok keburu makin deres!"

"Ini aja udah deres, Ra. Aduh gi—"

"Ih Kak Ji berisik! Ayok!" Bulan menarik kedua kakaknya keluar dari tenda yang membuat Zildan dan Zibran sedikit terkejut dengan perilaku adiknya itu.

"Ara jangan lari-lari!" teriak Zibran memperingati karena Bulan sudah jauh di depan sana. Bulan pun spontan menghentikan langkahnya dan memberi cengiran khasnya. Zildan dan Zibran pun bergegas mengikuti langkah adiknya yang sudah di depan sana.

"Aduh Ara jangan lari-lari napa. Udah tau uja—Eh awas!" ucapan Zildan terpotong karena Bulan sudah terjatuh di aspal karena pundak seseorang menabraknya dengan cukup kencang.

"Eh bloon adek gue ditabrak lo kira lagi main bombomcar?" Zildan berlari kecil menghampiri seseorang yang menabrak adiknya itu. Orang itu pun juga terjatuh.

Zildan membantu adiknya berdiri. Kakinya kotor karena jalanan yang becek. "Ara gapapa?"

"Kayaknya lecet dikit deh, Kak. Soalnya kaki Ara perih gitu." balas Bulan sambil meringis pelan.

"Heh bangun lo setan! Kalo mau lari-lari di film India aja sono!" Zildan menarik orang yang tadi menabrak. Saat orang itu beranjak bangun, Zildan pun agak terkejut karena orang itu rupanya Darrel.

"Darrel?" Bulan pun ikut terkejut.

Zildan menggelengkan kepalanya dan menarik kaos Darrel. "Wah lo bener-bener. Gak adeknya gak abangnya sama aja hobinya nabrak orang!"

Bulan pun segera meleraikan Zibran yang hendak bertengkar dengan Darrel. "Udah Kak Ji jangan dipukul!"

"Sorry banget Bang. Gue bener-bener gak sengaja. Tadi gue lagi ngejar si Rayssa yang kabur. Sorry banget." ucap Darrel yang terlihat bersalah.

"Rayssa kabur? Kok bisa?" tanya Bulan yang terdengar peduli.

"Iya. Makanya tadi gue lari trus gak liat ada lo. Sorry banget. Kalian liat adek gue ga?" tanya Darrel dengan tatapan khawatir.

(Antara) Bintang Bulan - [ABS 1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang