⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠
"BULAAAAAN!"
Mendengar ada yang meneriakinya dan menarik tangannya dari belakang, jantung Bulan terasa copot saat itu juga.
"Astaga, Keano! Lo ngagetin gue!" Bulan memukul lengan Keano, yang memanggil dirinya dan menarik tangannya secara tiba-tiba.
"Ikut gue sekarang." Keano menatap Bulan sangat serius.
"Kemana?"
"Ke kayangan!? Ke ruangan kesehatan Villa."
"Lah ngapaiin? Gue gak sakit kok. Sehat, gaada lu---"
"Siapa bilang lo yang sakit?"
Bulan menyengir. "Hehe. Kalo gitu, siapa yang sakit?"
"Bintang."
🌙🌙🌙
Disinilah Bulan berada sekarang. Duduk di kursi plastik samping kasur dimana Bintang terbaring. Mata kecoklatan milik Bulan itu terus menatap mata hitam pekat Bintang tajam.
"Kok gue dikasih tatapan tajam sih? Bukannya dikhawatirin malah--"
"Siapa suruh lo jatoh! Makanya lo tuh ya, kalo jalan pake kaki sama mata! Jangan cuma pake kaki doang tapi matanya gak diperhatiin!"
Bintang tersenyum senang dalam hati, namun ia harus kelihatan tenang. "Ya kan tangganya licin. Hehe."
"Kasian tangganya lah beg--"
*TAAAK*
Kepala gadis itu dihadiahi jitakkan dari Bintang. Bulan melotot. "Kok gue dijitak!? Kaki lo yang diperban itu mau gue remes ha!?"
"Lo bawel banget lagian."
Bulan makin melotot lalu menoyor kepala Bintang. "Ya kalo gak bawel bukan Bulan namanya! Udah ah. Lo istirahat aja. Gue mau keluar. Bosen disini."
Bintang menahan pergelangan tangan Bulan dengan cepat. "Jangan pergi. Disini aja. Please."
Tatapan dalam dari mata hitam pekat itu kelemahan Bulan. Bulan akui, ia sangat suka saat Bintang menatapnya seperti itu.
"Shit. Tatapannya. Matanya pengen gue colok. Gemes!" batin Bulan.
Bulan berdeham lalu kembali duduk. Ia menatap kaki kiri Bintang yang diperban. Iseng, gadis itu mulai menyentuh perbannya. Ia mencolok-colokkan telunjuknya mengenai perban itu. "Sakit gak sih? Rasanya apa, Tang?"
"Rasa coklat, stroberi, pisang, melon, red velvet."
Mata Bulan berbinar seketika. "Wih! Enak ya."
Bintang yang mendengar balasan Bulan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo cantik-cantik, gila ya."
"Emang. Baru nyadar lo?"
"Gak sih. Udah nyadar dari dulu. Makanya gue suka. Hehe."
Bulan memutar kedua bola matanya malas. "Sepik."
Gemas, Bintang mendekatkan diri pada Bulan lalu mencubit pipi gadis itu. "Gemes! Bisa gak sih lo sehari gak buat gue gemes?"
Pipi Bulan pun spontan memerah dan senyum gadis itu tidak bisa ditahan lagi. Bintang pun tertawa kecil. "Pipi lo merah anjir. Gue makin gemes."
Bulan lantas mengalihkan pandangan ke arah lain lalu menutup kedua pipinya. Bintang makin tersenyum melihat tingkah gadis di depannya ini.
*ddddrrrt*
KAMU SEDANG MEMBACA
(Antara) Bintang Bulan - [ABS 1]
Teen FictionDITERBITKAN OLEH @anonymous.publisher #2 in Teenfiction (July 6th 2018) Bulan pikir, semesta akan mengabulkan permohonannya untuk tidak kembali sekelas dengan cowok tengil menyebalkan yang pernah mengambil susu stoberi tanpa seizinnya. Namun tampakn...