(Antara) Bintang Bulan - [ABS 1]

Tiga Puluh Satu:: Berusaha Mengingat

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

Setelah menjenguk Rafka, Bulan diantar balik oleh Bintang kembali ke rumahnya. Sesampainya dirumah, gadis itu langsung mandi karena badannya yang sudah lengket.

Hanya butuh waktu dua puluh menit, Bulan sudah selesai mandi, dan gadis itu memutuskan untuk membuka laptop berlambang apel dengan gigitan itu. Ia belum sempat mencari tau sesuatu yang dari kemarin ia ingin ketahui.

"Kata Papa, kecelakaannya empat tahun yang lalu. Berarti, tahun 2013 dong?" Bulan mengetuk-ngetukkan jarinya di atas laptop. Jari-jari Bulan mulai bergerak di atas keyboard.

"Kecelakaan di Bandung tahun 2013."

"Sial. Kenapa banyak banget?" Bulan menggigit bibir bawahnya lalu kembali menelusuri layar laptopnya.

"Got it." Bulan tersenyum senang lalu membuka artikel berisikan berita kecelakaan itu.

Bandung, 17 Juli 2013,
Mobil mewah milik salah satu pengusaha batu bara masuk ke jurang setelah menghantam truk bermuatan besi. FL (45 tahun), RZ (43 tahun), dan BAZ (12 tahun) kritis sedangkan anak kembar berinisial DAZ (14 tahun) tewas.

Bulan membuka web lain lalu mencari tentang artikel tersebut dan mata gadis itu fokus dengan layar laptopnya. "Kenapa gue gak bisa inget sedikit pun!?"

Bulan menggeram kesal lalu menutup layar laptopnya. Ia keluar dari kamar, berniat menemui Bi Ines.

"Bi, album foto keluarga ada dimana ya?" tanyanya yang membuat Bi Ines agak sedikit terkejut.

"Kenapa emangnya, Non?"

"Bulan mau liat foto-foto masa kecil Bulan sama Kakak kembar Bulan."

"Tapi...Nyonya sama Tuan berpesan sama Bibi untuk menjauhi benda-benda yang berkaitan dengan masa lalu, Non Bulan."

"Gak usah khawatir, Bi. Bulan cuma pengen liat aja. Siapa tau Bulan bisa inget sedikit."

"Tapi--"

"Please, Bi. Bulan janji gak bakal ngasih tau ke Papa sama Mama." .

Bi Ines pun menghela napas pelan lalu mengangguk ragu.

⛅⛅⛅⛅⛅

Sudah cukup lama, gadis itu menatap selembar foto yang berada di tangannya. "Kenapa gue masih belom bisa inget Kak Zibran sama Kak Zildan?"

Bulan mengusap wajahnya kasar lalu menenggelamkan kepalanya ke atas meja belajarnya.

Pintu kamar Bulan perlahan terbuka dan terdapat Rhiana berdiri masih dengan busana kerjanya. "Bulan?"