⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠
Bulan menenggelamkan kepalanya di bantalnya yang empuk lalu terdengar isakkan kecil. Gadis itu menangis karena sikap Bintang tadi. Ia tak menyangka bila Bintang akan seemosi itu. Jantungnya berdegup sangat kencang saat Bintang membawa mobil dengan kecepatan tinggi tanpa memikirkan tubuh Bulan yang sudah gemetar. "Lo tega...hiks."
Setelah cukup lama gadis itu menangis, akhirnya dirinya tertidur di kasur kesayangannya dengan masih mengenakan seragam SMA Angkasa Biru lengkap dengan sepatu berlogo centang di kakinya.
🌒🌒🌒🌒🌒
"Ara, bangun Ra."
Zildan yang tampaknya baru pulang dari rumah sakit itu kini berada di kamar adiknya. Cowok itu sebenarnya tidak tega untuk membangunkan Bulan namun Bi Ines mengatakan pada dirinya bahwa Bulan belum makan sedari ia pulang sekolah.
Zildan menepuk pipi adiknya yang agak chubby itu pelan. "Ara...bangun Ra. Ara belum makan kan? Makan yuk."
Bulan menggeliat sekilas. "Ara gak laper, Kak."
"Ara kan belum makan malem. Udah jam stengah delapan malem nih. Abis makan, Ara tidur lagi aja."
Bulan membuka matanya malas lalu melihat kakak laki-lakinya duduk di pinggir ranjangnya. Ia menguap lalu mengusap wajahnya.
"Ara, kok mata Ara sembab? Ara abis nangis ya!?"
Bulan lantas menggeleng dan mengambil bantal lalu menutupi wajahnya. "Nggak kok!"
Zildan berusaha melepaskan bantal yang menutupi wajah adiknya. "Ara jangan boong!"
"Ara gak boong!"
Usaha Zildan pun berhasil. Bantal yang menutupi wajah adiknya itu terlepas lalu cowok itu meraih dagu adiknya dan menatap mata coklat Bulan. "Jawab jujur. Ara kenapa nangis?"
Bulan pun lantas memeluk Zildan tiba-tiba dan terdengar isakkan kecil yang menurut Zildan itu terdengar menggemaskan di telinganya. Isakkan itu seperti isakkan anak kecil yang tidak diijinkan beli es krim oleh Ibunya.
"Ara sebel sama Bintang! Hiks..."
Zildan terkekeh kecil lalu mengusap rambut Bulan. "Bintang ngapaiin kamu? Sini biar Kak Jil hajar dia ya. Berani-beraninya dia bikin Ara nangis!"
Bulan menggeleng. "Dia...hiks...jahat pokoknya!"
"Kak Jil samperin ke rumah dia sekarang ya biar dia dapet bogeman cantik."
"Jangan--hiks--Kak Jil. Kasian..."
Zildan tertawa kecil mendengarnya lalu melepaskan pelukan adiknya dan cowok itu menangkup wajah Bulan yang mengakibatkan pipi Bulan terlihat lebih chubby. "Ara gak boleh cengeng. Ara kan cewek kuat. Masa iya gara-gara cowok yang mukanya sebelas dua belas sama Sule bisa ngebuat Ara nangis sih?"
Bulan memukul pundak Zildan. "Dia ganteng tau!"
"Tapi gantengan Kak Jil."
"Ih Kak Jil mah! Orang diajak curhat malah becanda!" Bulan menepis tangan Kakaknya yang tadinya menangkup wajahnya.
"Iya maap deh. Curhatnya abis Ara makan aja ya. Kasian tuh cacing di perut Ara minta sesuap nasi."
"Suapin...hehe." Bulan menampilkan wajah imutnya yang membuat Zildan gemas sendiri. "Oke. Kak Jil suapin pake kaki."
"KAK JIILLLLL!!!!"
⛅⛅⛅⛅⛅
Di Sabtu Pagi ini, Bulan memutuskan untuk menjenguk Zibran yang masih terbaring di rumah sakit. Ditemani dengan Zildan, gadis itu menuju rumah sakit dengan mobil yang dibawa oleh Zildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Antara) Bintang Bulan - [ABS 1]
Novela JuvenilDITERBITKAN OLEH @anonymous.publisher #2 in Teenfiction (July 6th 2018) Bulan pikir, semesta akan mengabulkan permohonannya untuk tidak kembali sekelas dengan cowok tengil menyebalkan yang pernah mengambil susu stoberi tanpa seizinnya. Namun tampakn...