"Festival sekolah dipercepat!" seru ketua kelas.
Yang seharusnya dimulai pada 18 Mei kini menjadi dimulai 8 Mei.
Pemangkasan 10 hari itu tidak ada satu orangpun yang mengetahui alasannya.
Kecuali orang dalam, para petinggi, dan ketua klub seni yang bukan lain adalah Glary Redo, ketua kelas kami.Tapi apa daya, semua alasan itu harus disimpan rapat - rapat dari semua warga sekolah.
Bagi kami yang terpenting adalah ikut berpartisipasi dalam festival itu."Seperti biasa partisipannya adalah semua kelas dan semua klub sekolah."
"Aruna, apakah festival ini menarik buatmu?"
Kadang salah satu hal inilah yang membuatku menyesali dan menyalahkan keadaan mengapa harus Kana yang super banyak mengoceh yang duduk di bangku depanku.
***
Pikiranku benar - benar tidak bisa terpusat. Membayangkan apa yang sedang wanita itu alami.
Sampai tadi pagi dia belum juga kembali. Disamping rasa kecewa yang selama bertahun - tahun kupendam juga terselip kekhawatiran.
Bagaimanapun wanita itu tetaplah seorang yang kupanggil ibu.
Aku mencoba menekan nomor ponselnya namun tetap saja panggilanku tidak terjawab.
Daun pohon kenari yang terhempas angin membawa khayalanku sampai padanya.
Ataukah dia ada di rumah nenek? Rumah tua yang milik nenek yang selama ini dirawat oleh bibi karena ditinggal pergi ke surga oleh pemiliknya.Haruskah aku mencarinya?
Kenapa setiap hari ini tiba dia selalu bersikap seperti ini?Padahal aku sudah menerima ketika dia mulai menganggapku jasad tanpa nyawa.
Pikiranku yang terbang jauh membuatku ingin segera sampai di rumah untuk memastikan waktu kepulangannya.
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
.
.
.22.00
"Aruna, ini bibi. Kau tahu kan bila ini memang selalu terjadi? Dia aman disini. Keadaannya memang sedang down, tapi akan kutangani untukmu."
"Terimakasih bibi." kututup panggilan yang kutunggu - tunggu sejak enam jam yang lalu.
Panggilan yang sangat singkat namun sangat berharga bagiku.
Aku selalu menganggapnya ada meskipun dia tidak menganggapku ada.
Meski begitu aku yakin suatu saat nanti dia akan mengakui keberadaanku lagi seperti sedia kala.
***
"Kau ingat cowok yang dibicarakan oleh wanita - wanita payah itu kemarin lusa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Plain [HIATUS]
Teen FictionSepi adalah rasaku tiap hari. Polos tak berwarna adalah jalan hidupku. Dia datang dengan membawa warna yang terus ia bagikan kepadaku. Sampai - sampai pada hari itu, dia kehabisan cahanyanya. Padam, begitulah dia berhasil membuatku mengulang perasaa...