Chapter 06 : Sebelum Festival

39 8 0
                                    

"Karena kau berhutang padaku kau harus membayarnya."

"Bagaimana caraku membayar?"

"Dengan datang ke acara puncak festival bersamaku."

Apa?

"Kenapa harus aku?" tanyaku membuat wajah Glare terlihat lebih berseri.

"Lucu sekali, tentu saja karena aku ingin." jawabnya sambil mencubit sisi sebelah kanan pipiku.

"Tapi aku tidak, um, tidak biasanya aku pergi ke acara itu, Glare." jelasku memperjelas agar Glary dapat mengerti penolakan yang kulakukan padanya.

"Sekali ini saja, cobalah datang bersamaku, aku tidak akan membuatmu menyesal karena sudah datang."

"Tapi Glare, ..."

"Pikirkan saja dulu, tidak perlu tergesa - gesa memutuskan. Kau punya waktu untuk berpikir sampai pada hari itu. Setelah hari itu datang akan kutanyakan keputusanmu."

Aku hanya bisa sekedar sedikit mencoba tersenyum namun lagi - lagi, aku masih, bisu, seperti biasanya.

Mungkin karena sudah terbiasa untuk tidak mengeluarkan satu katapun sedari dulu, inilah akhirnya. Secara tidak sadar aku semakin sedikit berbicara bahkan hampir mendekati kata tidak pernah.

Namun predikat tidak pernah itu patah di tengah jalan karena Kana membuat posisiku sekarang ini menjadi lebih memaksa untuk berbicara pada orang lain.

Malam itu pembicaraan kami tidak berlanjut. Glary mengantarku sampai di depan pintu rumah. Dan, kemudian dia harus kembali di tempatnya.

Pagi ini sangat cerah, apa aku bangun terlalu siang?
Tidak, masih pukul lima pagi. Kegiatanku semakin banyak, hatus memasak untuk beberapa hari, setidaknya sampai wanita itu pulang.

Belum juga kembali. Apa dia berusaha meninggalkan anak pembawa sial ini?

Aku hanya ingin tahu keadaannya.

Selalu.

Walaupun dia tak lagi pernah menganggapku ada sejak hari itu.

Kuharap kau baik saja di sana. Bibi pasti akan merawatmu dengan baik sampai luka yang kau miliki dapat ditutup sedikit demi sedikit.

Bayam, sup bayam lebih tepatnya. Tidak terlalu matang, aku suka bayamnya tapi aku tidak biasanya makan sendiri.

Dia sedang apa di sana?

Hari ini khusus, tak seperti hari - hari biasanya. Difokuskan untuk datangnya festival sekolah esok hari.

Satu hari penuh, hanya untuk persiapan festival. Dari pukul setengah delapan pagi sampai pukul sembilan malam, waktu dileluasakan untuk menyambut festival.

Tetap saja ada yang membebani pikiranku setiap hari, apalagi hari ini yang sudah dinyatakan jatuh tempo. Aku harus menjawab apa ketika Glary menanyaiku tentang apa yang telah kuputuskan?

Untunglah tak nampak tanda - tanda kehadiran Glary sejauh ini.
Membuatku sedikit merasa tentram.

"Aru!"

"Mau apa?" celetukku terdengar ketus padanya.

"Bukankah sudah kubilang aku masih menunggu jawaban darimu?" Kini terdengar suara Kana yang tegas.

"Pagi - pagi seperti ini kau sudah membicarakan hal itu."

"Aku hanya tidak ingin kau pergi bersama Glary."

"Bagaimana bisa kau tahu?" Berpalinglah wajahku menatapnya tanpa dapat kukendalikan.

"Kami bergaul dan dia menceritakan semua hal, termasuk kau." jelasnya, "Bukankah aku yang mengajakmu lebih dulu?"

Plain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang