"Dasar bisu! Beraninya kau bicara. Jika memang selama ini kau hanya berpura - pura bisu maka akan kubuat kau benar - benar bisu hari ini. Dan juga akan kubuat kau mengakui dan menyesali perbuatanmu." Tara mulai mengeluarkan pisau yang terlihat bagitu tajam dari saku roknya.
Astaga, apa yang mereka akan lakukan kepadaku?
"Matilah kau, bisu!" Tara semakin mendekat kepadaku dengan menodongkan pisau yang dibawanya sedangkan di belakangku ada Elis dan Ersa yang menutup pintu keluar jikalau aku mendobrak pintu, mungkin.
"Apa kalian tidak takut?" kataku sedikit gemetar.
"Apa yang harus kami takutkan? Kami tidak pernah takut pada apapun, pada siapapun, dan dalam keadaan apapun. Justru di sini kaulah yang ketakutan." jawab Tara dengan yakin.
"Bukankah kalian adalah orang-orang populer di sekolah? Bagaimana jika citra kalian akan memburuk bila kalian melakukan hal-hal yang merugikan popularitas kalian sendiri?" Aku mulai mencari - cari cara agar mereka mau menghentikannya.
"Cukup mudah. Kami punya uang, kami punya popularitas, dan kami punya segalanya yang kami butuhkan. Bila hanya untuk menutupi perbuatan-perbuatan yang kami lakukan kami bisa membayar orang untuk menyelesaikannya dengan mudah."
"Bukankah itu akan merepotkan?" Aku masih berusaha membuat mereka berhenti.
"Mengapa kami harus repot? Kami hanya perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk menyelesaikan semuanya. Dan semuanya pasti beres."
"Kumohon berhentilah! Aku tidak mengerti apa yang sudah kulakukan sehingga kalian memperlakukanku seperti ini."
"Jangan kau berlagak sok polos kami tahu kalau kau yang melakukannya. Benarkan?" Mereka terus saja menghakimiku.
"Tunggu, tunggu sebentar! Aku benar-benar tidak tahu apa yang kalian maksud. Tolong jelaskan padaku sebelum kalian bertindak lebih jauh!"
"Kau ini ternyata bukan hanya bisu namun juga benar-benar bodoh seperti bebek yang kumuh tersesat di dalam surga. Kau masih belum mau mengakui kesalahanmu pada kami? Kau akan menyesal."
"Aku mohon jelaskanlah lebih dulu, setelah itu kita bisa bicarakan baik-baik."
"Apa katamu menyelesaikan dengan baik baik? Padahal kau sudah memperlakukanku secara tidak terhormat."
"Aku sungguh-sungguh tidak tahu, jika seperti ini maka kalian yang akan aku salahkan."
"Hei bisu, jangan seolah-olah kau merasa di sini kau yang menjadi korban!"
"Aku memang korban di sini. Tidakkah kalian mengerti itu?"
"Apa katamu?"
"Kalian melakukan hal-hal ini padaku tanpa sebab. Bukankah itu berarti di sini akulah yang menjadi korban?"
"Apa sebegitu bodohnya dirimu?" Nadanya terdengar seperti menyimpan dendam begitu besar padaku.
"Ya aku memang bodoh, jadi tolong jelaskan semuanya padaku!"
"Kau kan yang sudah merencanakan semua ini?"
"Merencanakan apa?" tanyaku sungguh - sungguh tak paham dengan maksud perkataan Tara.
"Kau kan yang sudah membuat Kana tidak ingin pergi denganku dengan cara kau membuat Selia bersama Kana." jelas Tara.
"Ya, kau sudah merencanakan semua itu sejak mendengar pembicaraan kami di toilet kan? Mengakulah saja kali ini, kau sudah kami sudutkan!" paksa Ersa agar aku membenarkan apa yang mereka katakan padaku.
"Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu." tegasku.
"Kau ini masih mau bersembunyi setelah jelas kau terbukti bersalah?" bantah Elis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plain [HIATUS]
Dla nastolatkówSepi adalah rasaku tiap hari. Polos tak berwarna adalah jalan hidupku. Dia datang dengan membawa warna yang terus ia bagikan kepadaku. Sampai - sampai pada hari itu, dia kehabisan cahanyanya. Padam, begitulah dia berhasil membuatku mengulang perasaa...