"Tapi dia belum kukirim ke taman, dia masih di sini karena dia ingin bicara denganmu."
"Dia? Siapa?"
"Kau mengenalnya."
"Siapa?"
Terlihat dari ujung cakrawala. Mendekatlah seorang yang terlihat sangat muda. Dan kurasa aku mengenalnya tapi aku tidak yakin kurasa aku salah.
Dan kuharap aku memang salah.
Namun, ketika orang itu berdiri tepat di depanku.
Astaga, Kleya?
"Kleya, apa yang terjadi padamu?"
"Aku telah gagal melindungimu, jadi aku bisa bertemu denganmu di sini saat ini."
"Jadi, kau sudah pernah hampir mati?"
"Aku memang mati waktu itu, tapi karena aku memutuskan ingin bertemu dengan Kana yang selalu kurindukan, jadi statusku ketika itu adalah mati suri."
"Maafkan aku, Kleya. Aku tidak bermaksud sengaja untuk celaka."
"Saat pertama kali aku melihatmu datang ke ruanganku bersama Kana, kupikir kau itu terlalu bodoh atau hilang ingatan."
"Apa maksudnya?"
"Apa kau terlalu bodoh untuk menyadarinya atau kau terkena insiden yang membuatmu hilang ingatan."
"Ha? Aku tak mengerti."
"Tapi, setelah aku bertemu dengan saudaramu di sini, aku sudah tahu semua jawabannya. Saudarimu menceritakan semuanya padaku."
"Sebenarnya apa yang kalian maksudkan?"
"Kau akan tahu nanti, Saudariku. Kau akan tahu semuanya pada saatnya nanti."
"Oh ya, awalnya aku sedikit membenci tingkah lakumu."
"Sedikit?" tanyaku menggoyahkan kebohongannya jang tampak jelas di raut wajahnya.
"Sebenarnya cukup banyak."
"Akhirnya kau berkata jujur."
"Tapi karena kini hanya kau satu - satunya orang yang Kana percayai, aku juga mempercayaimu."
"Percaya apa?"
"Aku mempercayakan Kana padamu. Mungkin dengan kematianku, kemungkinan besar dia akan berbuat hal yang seharusnya tak dilakukan, cegahlah dia dan sadarkanlah kembali pikirannya. Aku mohon padamu."
"Terimakasih kau sudah berupaya untuk memberikan kepercayaanmu yang langka padaku, tapi aku tidak bisa, Kleya."
"Kenapa?"
"Karena aku juga sudah mati."
"Apa? Bukankah kau sudah menandatangani perjanjian itu?"
"Aku tidak melakukannya."
"Dia belum melakukannya." timpal saudariku.
"Apa kau tidak bermaksud untuk hidup lagi?"
"Entahlah. Apakah kehidupan dalam perjanjian ini dapat ditukarkan?" tanyaku pada malaikat maut aneh itu.
"He? Aku tidak paham yang kau maksud."
"Berikan perjanjian ini untuk Kleya, dia lebih membutuhkannya."
"Kau ini mau membuat aturan sendiri?"
"Apa tidak bisa?"
"Anak itu, siapa namanya?"
"Kleya."
"Oh ya, Kleya sudah memiliki perjanjiannya sendiri. Setiap nyawa punya satu kesempatan menandatangani satu perjanjian jika dia memenuhi syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Plain [HIATUS]
Novela JuvenilSepi adalah rasaku tiap hari. Polos tak berwarna adalah jalan hidupku. Dia datang dengan membawa warna yang terus ia bagikan kepadaku. Sampai - sampai pada hari itu, dia kehabisan cahanyanya. Padam, begitulah dia berhasil membuatku mengulang perasaa...