"Aru, aku akan menemanimu."
"Apa kau yakin? Kleya membutuhkanmu."
Kana menggelengkan kepalanya ringan. Matanya mengindikasikan keteguhannya. Mau bagaimapun aku melarangnya dia tidak akan mau mendengarkan perkataanku.
"Jadi ini rumah bibimu?" tanya Kana setelah sebelumnya aku sesikit bercerita kemana tujuanku yang sebenarnya.
"Ayo kita masuk." ajakku kepada Kana. Kami berdua bergegas masuk ke dalam rumah yang menjadi tujuan utamaku.
"Aruna!" Belum genap ragaku berada di dalamnya, aku sudah berada dalam dekapannya.
Dan aku hanya menghela napas. Hal ini sudah selalu terjadi tiap tahun. Aku sudah megerti keadaan dan situasinya.
"Aru, kau, dengan siapa?" Bibiku sepertinya melihat kehadiran Kana yang berada di belakangku.
"Oh, ini temanku, Kana." Aku memperkenalkan.
Bibi berjalan masuk ke ruang tamu melepaskan pelukan eratnya.
"Kalian, kemarilah. Istirahatlah sejenak. Dan Kana, kau bisa langsung tidur di kamar itu." Bibi menunjuk sebuah kamar dengan jarinya.
"Kenapa?"
Bibi mengalihkan pandangannya kepadaku.
"Kau pasti sangat lelah. Istirahatlah dulu!" bujukku.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Kana begitu polosnya sampai - sampai salah satu diantara kami tidak ada yang bisa menjawabnya.
Seketika terjadi keheningan. Namun Kana mengulangi pertanyaannya lagi, "Kemana kau akan pergi?"
"Aku hanya ingin menjemput ibuku agar pulang bersama kita ke kota." Akhirnya aku bisa menjawab meskipun dengan suara yang jelas terdengar gugup.
"Kalian apakah baru saja sampai di Tanjun?"
"Ah, tidak, Bi. Tadi kami mengunjungi nenek dan adikku."
"Keluargamu tinggal di sini?"
"Um, tidak juga."
"Lalu?" tanyanya.
"Yah, hanya mereka berdua yag tinggal di Tanjun."
"Aku mau ke belakang sebentar." ijinku kepada Bibi dan Kana. Segera aku meninggalkan ruang tamu.
"Kau pasti sangat dekat dengan Aruna?"
"Um, aku tidak yakin. Mungkin sebentar lagi akan menjadi yakin."
"Hey, kau tidak perlu meyakinkan lagi karena halbitu sudah pasti."
"Bagaimana anda bisa tahu?"
"Tentu saja. Anak itu tidak akan membawa siapapun ke Tanjun kecuali orang yang sangat dia percayai."
"Oh, begitu rupanya. Dia mirip denganku."
"Kau yang pertama."
"Maaf?"
"Ya, kau adalah orang pertama yang di bawa Aruna ke Tanjun setelah adiknya meninggal dunia."
"Apa? Adiknya sudah meninggal?"
"Apa kau belum dengar dari Aruna?" Kana menggelengkan kepala.
"Dia hanya bilang kalau dia adalah kembar."
"Memang, kembar yang sangat identik. Kau hanya bisa membedakan mereka melalui penampilan keduanya saja. Bahkan tahi lalat di bawah mata kirinya sama persis."
"Jadi, yang dimaksud dia akan mengunjungi adiknya berarti dia akan pergi ke makam malam ini?"
"Iyap." Bibi mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plain [HIATUS]
Teen FictionSepi adalah rasaku tiap hari. Polos tak berwarna adalah jalan hidupku. Dia datang dengan membawa warna yang terus ia bagikan kepadaku. Sampai - sampai pada hari itu, dia kehabisan cahanyanya. Padam, begitulah dia berhasil membuatku mengulang perasaa...