Bab 6

251 50 23
                                    

"Halo," suara lembut Devina terdengar di ujung sana.

"Halo, Dev. Maafin gue ya. Tadi gue lagi belajar sama Fadil gara-gara Bu Tiana, terus si kutu kupret itu pake segala ngambil HP gue lagi," jelas Nai panjang lebar, Devina cuma tertawa.

"Iya, santai aja kali Nai."

"Besok kan pestanya malem, berarti kita masih sempet dong buat shopping?"

"Hmm, gue udah janji sama nyokap gue buat nemenin dia besok. Itu syarat biar gue diizinin buat dateng ke pestanya Vinda."

"Aduh, maafin gue banget ya Dev!"

"Udah udah nggak apa-apa. Ya udah ya Nai, gue mau makan dulu."

"Oke."

Nai masih merasa tak enak hati meskipun Devina sudah memaafkannya. Gara-gara dia, rencana sahabatnya jadi berantakan. Setelah berpikir beberapa saat, ia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur dan mencari kunci motornya.

"Titaaa!" panggil cewek itu ketika ia tidak berhasil menemukan kunci motornya di tempat biasa.

"Iya, Kak?" Tita berjalan cepat ketika mendengar teriakan kakaknya yang menggelegar itu.

"Motor dipake Mama lagi ya?"

"Iya Kak, mobilnya lagi di bengkel. Jadinya Mama pake motor, katanya sih mau ketemu temennya," jelas Tita dengan wajah polos.

Nai cepat-cepat meraih ponsel yang berada di sakunya dan mencari kontak Reyhan. Ia mencoba meneleponnya berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Ia kembali memutar otak dan muncullah ide yang tidak ia sukai.

"Ta, kunci pintu ya. Kak Nai mau keluar dulu," katanya singkat lalu berjalan cepat menuju pintu depan.

"Kemana?" Tanya adiknya penasaran.

"Mau tahu aja sih anak kecil." Dea sudah berada di luar rumah ketika menjawab pertanyaan Tita.

Dea berjalan menuju rumah di sebelah rumahnya, yaitu rumah Fadil. Ia tak percaya ia akan datang ke rumah cowok menyebalkan itu.

Tok! Tok! Tok!

"Fadil! Keluar lo!" Teriak Nai sambil menggedor-gedor pintu rumah Fadil. "Woyyy! Fad—"

Seorang wanita berumur kepala empat menghentikan teriakan Nai yang amat memalukan itu. Wanita itu tak lain adalah ibunya Fadil, Tante Rena. Wajah Nai bersemu merah.

"Eh Naila, ada apa ke sini?" Tanya Tante Rena ramah.

"A-anu Tante, Fadilnya ada nggak?" Tanya Nai terbata-bata karena menahan malu.

"Oh iya, sebentar Tante panggilin dulu ya. Kamu masuk aja dulu."

"Nggak usah, Nai cuma bentaran aja kok."

Tante Rena masuk ke rumahnya, lalu memanggil anak laki-lakinya itu. Sementara Nai mengumpat dalam hatinya.

Bego bego bego! Kok gue lupa sih kalo di rumahnya pasti ada nyokapnya, batinnya.

"Ada apaan lo nyari-nyari gue? Kangen?" Fadil tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu, membuyarkan lamunan Nai.

"Eh, gue minta tolong dong. Pinjem motornya ya ya ya?" Pinta Nai dengan tampang meminta belas kasihan.

"Buat apaan?"

"Gue mau beli sesuatu buat sweet seventeen-nya Vinda," jawab cewek itu jujur. "Boleh ya?"

"Nggak." Mata Nai membelalak mendengar jawaban Fadil.

"Tolong banget, gue butuh banget."

"Nggak boleh kalo nggak sama gue. Emangnya lo mau kemana?" Tanyanya seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

The Tale of a Frizzy Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang