Bab 15

323 40 12
                                    

Hari pertama kembali ke sekolah. Nai merasa bahagia karena beberapa hal. Salah satunya, ia tidak usah capek-capek membawa motor karena hari ini dengan kebaikan hati abangnya itu, Dion mau mengantarnya ke sekolah. Hal lainnya adalah, ia merasa kurusan setelah kembali melaksanakan rutinitas paginya.

"Yang bener sekolahnya. Biar bisa nyusul kayak Abang nih," kata Dion, sambil menyombongkan kampusnya yang merupakan kampus terbaik se-Indonesia.

Nai tahu persis, kemampuannya dengan Dion bagaikan langit dan bumi. Bahkan ia tidak yakin kalau nanti ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi, atau ingin membantu bisnis catering ibunya saja, atau langsung mencari pekerjaan. Tapi Dinda dan Dion selalu mendorong Nai untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

"Do'ain aja ya Bang. Kalo Nai nggak bisa masuk kampus Bang Dion, do'ain aja nanti ada pengusaha muda yang ngelamar Nai." Nai nyengir dan dengan segera mendapat toyoran di kepalanya.

Tak lama motor abangnya berlalu, motor Reyhan muncul. Berbeda dengan Nai, ia lebih suka parkir di parkiran dalam. Bagi Nai, hanya menyiksa diri parkir di situ karena ketika keluar, ramainya luar biasa.

Ada yang berbeda dengan Reyhan kali ini. Biasanya wajahnya cerah, karena sekolah adalah surga baginya. Semua orang menyukainya. Ganteng, super pintar, wakil ketua OSIS, peraih nilai tertinggi sejurusan IPA sejak kelas sepuluh, dan langganan mendapat pujian dari guru-guru. Berbeda dengan cowok-cowok bandel, yang membuat Reyhan menarik di mata cewek-cewek adalah, ia adalah tipikal cowok yang menjanjikan masa depan yang cerah. Seperti Dion.

"Napa lo, muka kusut banget?" Tanya Nai.

Reyhan hanya mengangkat bahunya. Mengetahui sahabatnya itu memberikan gestur tidak ingin diganggu, Nai memutuskan untuk diam dan berjalan di sebelahnya menuju kelas yang masih kosong seperti biasa.

Tak lama kemudian, setelah beberapa anak datang, Devina datang dan duduk di sebelahnya. Nai ingin cerita panjang lebar tentang abangnya yang pulang tanpa bilang-bilang, tentang Jose yang menemaninya lari pagi selama liburan. Tapi sama seperti Reyhan, Devina hanya diam dan tak bisa diganggu. Ia hanya mengangguk, namun Nai tahu sahabatnya itu tidak mendengarkannya.

Nai menjadi bosan. Bel masuk masih lama, sementara kedua sahabatnya mendadak aneh. Ia memutuskan untuk berjalan keluar kelas.

Fadil baru saja hendak naik tangga menuju kelasnya di lantai atas, lalu matanya menangkap Nai yang mukanya ditekuk. Ia mulai melangkah menuju cewek itu, ketika entah dari mana Jose datang dan menghampiri Nai duluan. Fadil bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan si Jose dateng pagi-pagi gini?

Tadinya Fadil ingin menghampiri mereka, menyuruh cowok itu enyah dari Nai. Tapi hal itu tak dilakukannya ketika ia menemukan mereka mengobrol, dan Nai tertawa karenanya. Fadil berbalik, dan menaiki tangga menuju kelasnya.

*

Rama sang ketua OSIS sudah dapat kembali aktif beraktivitas dan berorganisasi, oleh sebab itu, tugas yang diambil alih oleh Reyhan kembali menjadi tanggung jawabnya. Saat istirahat kedua, ia berpapasan dengan Nai yang sedang disuruh Bu Tiana untuk mengambil beberapa kamus dan tesaurus di perpustakaan yang akan digunakan untuk pelajaran bahasa Indonesia setelah istirahat nanti.

"Naila!" Panggil Rama.

Nai yang tidak akrab dengan Rama—cuma sekedar mengenalinya karena ia sering mengobrol dengan Reyhan dan Devina—agak terkejut ketika cowok itu memanggilnya. Rama mengambil buku-buku yang cukup berat itu dari tangan Nai.

The Tale of a Frizzy Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang