Bab 9

226 40 5
                                    

Biasanya orang-orang akan menghabiskan akhir minggu mereka dengan berjalan-jalan bersama keluarga, pasangan, atau melakukan hobi masing-masing. Tapi hal ini berbeda bagi Nai. Hari ini ia ingin mengubah sesuatu dari dirinya: rambut brokolinya.

Cewek itu sampai di salon milik tantenya terlalu awal, sehingga ia harus menunggu di depan pintu seperti orang bodoh sambil menunggu tanda "tutup" yang tergantung di bagian pintu salon diputar menjadi "buka". Ia berkali-kali melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, lalu menghembuskan nafas.

Sebetulnya ia sudah membuat janji dengan tantenya pukul sembilan. Tetapi karena ia terlalu bersemangat, ia sudah sampai di sana pukul setengah delapan. Alhasil, Nai jadi kesal sendiri menunggunya. Apalagi dia bukan tipe orang yang penyabar.

Ketika salon sudah buka, ia cepat-cepat masuk ke dalam sampai Mbak Ira, salah satu karyawan kepercayaan tantenya terkejut dengan gerakan Nai yang tiba-tiba. Ia menggelengkan kepalanya sampai rambutnya yang dicat cokelat terang itu bergoyang-goyang.

"Naila nih ya, ngagetin aja. Tumben ke sini? Kan biasanya kamu harus diseret sama Bu Dinda dulu buat ke sini," komentar Mbak Ira. "Ini dateng sendiri. Ada apa nih?"

"Aku mau tobat, Mbak." Nai terkekeh. "Tante Mila mana?"

"Kamu udah janjian?" tanya Mbak Ira. "Bu Mila kan jarang ke sini."

"Udah kok Mbak. Jam sembilan." Nai melirik jam tangan di pergelangan tangan kiri. "Ini udah jam sembilan lewat seperempat. Tante Mila mana sih!"

"Kamu duduk dulu gih. Emang mau diapain sih rambut kamu? Biar aku deh yang urus."

"Nggak ah, aku maunya sama Tante Mila aja. Aku mau smoothing."

Mbak Ira yang baru saja menyesap teh manisnya yang baru saja dibuatnya mendadak langsung tersedak. "Serius kamu Nai? Aku kan dari jaman baheula udah nyuruh kamu smoothing, tapi kamu nggak pernah mau."

"Itu kan dulu ah Mbak."

Tak lama kemudian Tante Mila datang seperti biasa dengan dandanan hebohnya. Wajahnya panik sambil memandangi jam tangannya.

"Aduh Tante akhirnya dateng juga!" Nai tersenyum lebar.

"Maaf ya Tante telat nih, soalnya kesiangan." Tante Mila menyunggingkan senyum rasa bersalahnya. "Yuk, kita langsung mulai aja."

Butuh waktu sekitar lima jam untuk menyelesaikan rambut Nai. Berkali-kali cewek itu mengerutkan hidungnya karena bau aneh yang dihasilkan oleh produk-produk yang digunakan untuk rambutnya. Nai sampai pegal sendiri karena menunggu begitu lama.

"Selesai!" seru Tante Mila. "Uh, panjang banget rambut kamu Nai!"

Nai memandang cermin lekat-lekat, ada gadis berambut panjang di seberang sana. Refleksinya tidak tampak seperti dirinya, seperti orang lain dengan wajah persis dirinya. Kepalanya juga terasa lebih ringan.

"Bagus nggak Tan?" tanya Nai, menoleh ke tantenya yang masih berdiri di sampingnya.

"Cantik banget." Tante Mila mengacungkan dua jempolnya. "Jelaslah, hasil tangan siapa dulu."

Nai tersenyum lebar sambil sekali lagi melihat ke arah refleksinya di depan cermin.

*

Hari ini hari pertama Nai sekolah setelah perubahan yang cukup besar pada dirinya. Cewek itu tidak melakukan rutinitas paginya, karena untuk tiga hari ia tidak diperbolehkan untuk mengikat rambut atau pun keramas untuk memaksimalkan proses penglurusan rambutnya sehingga tidak akan kembali seperti semula. Dan ia tidak mungkin berlari dengan rambut berkibar-kibar seperti bendera merah putih.

The Tale of a Frizzy Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang