Bab 12

225 41 7
                                    

"Lo kenapa nggak bales chat gue kemaren?" Jose tiba-tiba saja sudah muncul di hadapan Nai sambil membuka kaleng minuman bersodanya.

Nai sedang menyantap ketopraknya di tempat biasa ia duduk bersama Devina dan Reyhan. Tetapi kedua orang tersebut sedang sibuk rapat dan meninggalkan dirinya seorang diri. Nai sudah terbiasa, memang rapat OSIS sering memakai jam istirahat.

"Chat lo nggak penting sih," kata Nai tanpa peduli.

Jose menghela napas dan duduk di hadapannya, mata Nai membelalak.

"Eh! Siapa yang suruh lo duduk situ?" protes cewek itu. "Itu punya Reyhan. Minggir minggir!"

"Reyhannya juga nggak ada di sini?" Jose menoleh ke kanan dan kiri. "Bukannya dia ke ruang OSIS bareng Devina?"

Fadil yang sedang tertawa bersama teman-teman segengnya melihat Jose yang terus mengganggu Nai, ia memerhatikan mereka sesama beberapa saat sembari mengernyitkan dahinya.

"Mau kemana lo Dil?" tanya Irfan ketika Fadil tiba-tiba saja beranjak dari tempatnya.

"Bentar gue ada urusan penting," jawab cowok itu sok misterius.

"Mau pedekate tuh si Fadil," kata Reza mengompori, membuat semua teman-temannya menyoraki Fadil, namun yang disoraki tidak peduli.

Fadil berjalan ke meja Nai. Wajah cewek itu terlihat kesal, sama sekali tidak berselera untuk menanggapi Jose yang mati-matian mencari perhatian.

"Kalo dia nggak mau lo duduk di situ nggak usah maksa kali." Fadil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

Jose yang merasa kesal langsung berdiri dan menghadap Fadil, tangannya meremas kaleng sodanya yang sudah kosong sampai penyok. "Nggak usah ikut campur urusan gue sama Naila."

"Emang lo ada urusan sama dia, Nai?" tanya Fadil pada Nai yang cuma mengedikkan bahu, ikut-ikutan memojokkan Jose.

Jose yang merasa dipermalukan mendengus dan pergi meninggalkan mereka berdua. Fadil duduk di tempat yang tadi ditempati oleh cowok berandal itu.

"Dia pergi bukan berarti lo boleh duduk di situ loh," kata Nai sambil menggigit kerupuknya.

"Coba tebak siapa yang dapet nilai tambahan?" Fadil nyengir tanpa menghiraukan omongan Nai sama sekali. "This guy!"

"Ya ya ya makasih ya." Nai memaksakan senyumnya.

"Eh tapi gue nggak nyangka loh lo bisa sampe dapet sembilan puluh gitu. Kedua tertinggi setelah Reyhan kan?" lalu Fadil mendekatkan wajahnya ke wajah Nai. "Inget janji lo kan?"

Nai terkejut melihat wajah tengil Fadil yang begitu dekat dengan wajahnya, lalu langsung mendorong dahi cowok itu keras-keras.

"Inget kok!" Nai menyuap ketopraknya cepat-cepat agar bisa enyah dari cowok di depannya itu. "Udah gue maafin kok. Udah ya! Sana lo balik ke temen-temen lo."

"Eh tapi kayaknya nggak cukup deh kalo cuma maafin. Lo udah dapet nilai kedua tertinggi di kelas, terus gue udah bantuin lo biar nggak digodain sama si Jose. Hmm..."

"Hah?"

"Sebagai gantinya lo harus traktir gue es krim!" Kata Fadil tanpa persetujuan Naila. "Oke nggak bisa diganggu gugat lagi ya. Nanti pulang sekolah kita ke kedai es krim yang deket rumah itu. Bye!"

Sebelum Nai sempat menjawab apa-apa, Fadil buru-buru ngacir ke tempat teman-temannya. Nai membelalakkan matanya. Kesal sekaligus heran. Bertanya-tanya ia harus punya teman yang modelnya seperti itu.

"Dasar pamrih lo!" pekik Nai pada Fadil tanpa memedulikan tatapan-tatapan yang tertuju kepadanya. Cowok itu hanya terkekeh bahagia.

*

The Tale of a Frizzy Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang