12

601 77 3
                                    

Semuanya terjadi seperti gerakan slow motion yang dipercepat.

Taehyung seakan memiliki refleks tersendiri ketika peringatan Seokjin menggema, dan Jimin tersungkur jatuh dalam sekon selanjutanya begitu ia mencoba meraih Taehyung meski akhirnya terlambat.

Setelah itu, Taehyung merasa ditarik; tak perlu penjelasan lebih untuk tahu Seokjin yang melakukannya. Menyeretnya paksa hingga nyaris terjungkal. Hingga akhirnya Taehyung sadar apa yang sebenarnya hendak Jimin lakukan.

Seharusnya ia tak melihat.

Bagaimana ujung runcing gunting rumput itu mengibas layaknya angin.

Menggores leher Jimin dalam sekejap.

Menusuk dalam sekali hentakan.

Membelah dengan gerakan ringan tanpa aba-aba bahkan ragu yang dirasakan.

Pluk!

Taehyung menahan mual.

Bola tak beraturan yang menggelinding tepat di depan kakinya itu tidak lebih lagi sekadar kepala Jimin yang berpisah dengan raga dan sepasang mata melotot; nyaris keluar tanpa ada pupil yang hidup.

Ia muak melihat ceceran darah.

Ia juga muak dengan ekspresi Seokjin yang mendadak kosong, meliriknya dengan kerlingan dingin, dan seulas seringai yang tersungging.

"Kau mau aku beritahu cara membuat patung lilin yang sempurna, Taehyung?"

.

End.

Epilog ada di HALAMAN 29.

Ending(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang