20

510 79 4
                                    

Jika ini mimpi, maka ia harus terluka terlebih dahulu.

Kraaaaak!

"Taehyung! Ulurkan tanganmu yang satu lagi!"

Jika ini mimpi, maka ia harus merasakan sakit sebelumnya.

"Tae—"

"Maaf,"

Taehyung bisa melihat kedua manik hitam Namjoon membelalak. Ada ketakutan dan cemas yang melintas di sana, meski ia sendiri tak mengerti mengapa pemuda serampangan yang baru saja ditemuinya itu bisa memandang dirinya seperti itu.

"Tidak," Namjoon menggeleng keras, "Taehyung, jangan ..."

Satu jemari terlepas.

"Terima kasih untuk yang tadi," sela Taehyung, tidak lupa memberikan senyum terbaik yang dimilikinya. "Maaf tidak bisa membalasnya, mungkin lain kali."

Dua... tiga...

"Jangan! Taehyung jangan!"

Tiga... empat...

Kraaak!

Jari terakhir—

"Shit!"

Tepat pada saat itu, Namjoon menariknya lebih kuat lagi dengan tubuh sengaja condong lebih ke depan, dan bobot berat Taehyung perlahan-lahan terangkat. Semua itu seperti dalam gerakan slow motion ketika Namjoon mengerahkan sisa-sisa kekuatannya untuk menarik Taehyung hingga kembali menyentuh pijakan, dan ia membiarkan gravitasi menariknya dengan kuat.

Brugh!

Taehyung terjerembab di atas tanah.

Dan Namjoon merasa dirinya melayang jauh sebelum sesuatu yang keras membentur tulang punggungnya dengan begitu hebat.

.

End.

Epilog buka HALAMAN 29.

Ending(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang