ε » Epsilon (10)

5.8K 441 9
                                    

Joko : "Hanya ada dua kemungkinan, kau gila atau sudah tidak punya otak! Mana ada orang 'berotak' memasang surat tantangan seperti itu di koran! Jelas kami akan menganggapmu kaki tangannya." 

Kir : "Nyatanya kalian keliru, dan akulah yang benar. Ada yang tewas lagi kan? Itu membuktikan aku bukanlah sang pembunuh. Dan mengenai 'kaki tangan', please, pembunuh seperti Luv mana perlu seorang kaki tangan." 

Joko : "Ya, tapi kami sudah menginterogasimu habis-habisan dengan cara-cara yang cenderung menyakitkan." 

Kir : "Tidak masalah bagiku dipukuli seperti itu." 

Joko : "Karena itulah kubilang kau gila. Jika kau waras kau tak mungkin mau dipukuli secara sukarela." 

Kir : "Setiap orang punya cara berpikir yang berbeda. Dan bapak, sebagai Kepala Penyelidikan kasus ini, seorang polisi dengan pangkat tinggi, pasti bisa mengerti maksud dari tindakanku ini." 

Joko : "Apa maumu sebenarnya?" 

Kir : "Sederhana. Membantu kepolisian menangkap Luv. Aku punya petunjuk tapi tidak memiliki wewenang, kepolisian memilikinya." 

Joko : "Lanjutkan..." 

Kir : "Kepolisian berhak untuk mengambil data dari pihak manapun meskipun itu rahasia. Aku memerlukan itu. Ada tempat yang ingin kumasuki, meminta data dari mereka namun sebagai orang biasa aku tak memiliki ijin. Bapak sebagai seorang petinggi, mampu memberikan ijin itu. Memaksa pihak yang aku mau untuk memberikan data yang kuinginkan." 

Joko : "Prosedurnya tidak semudah itu. Ada protokol yang harus dijalankan, apalagi menyangkut privasi." 

Kir : "Aku percaya bapak bisa memberikan ijin." 

Joko : "Cih, anak muda jaman sekarang suka seenaknya. Aku tak bisa membiarkanmu berkeliaran sendirian. Siapa yang harus kutunjuk untuk mendampingimu? Hmmmm... .mungkin dia bisa." 

Kir : "Aku bukan bayi yang harus dijaga." 

Joko : "Ini syarat sebagai pengganti ijinku. Terima atau tidak itu masalahmu." 

Kir : "....." 

Joko : "Halo, Airin, suruh Ovan ke ruangan saya."

Beberapa menit kemudian seorang polisi muda dengan wajah ramah masuk ke ruangan itu. Inspektur Joko menjelaskan segalanya pada Ovan. Ovan yang berpangkat Bhayangkara Satu itu mengangguk tak henti-hentinya, dengan ekspresi antara paham dan tidak. Kir mengerucutkan bibirnya yang masih terluka, ini bisa jadi masalah pikirnya.

Kir's AnswersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang