σ » Sigma (36)

4.3K 385 33
                                    

Renee melempar tubuh Kir ke sudut sebuah gudang. Kir meludahkan darah dari mulutnya. Luka-luka di tubuhnya sakit luar biasa, namun dia menahan diri dan malah memberi pandangan jijik pada Renee.

Renee : "Kau sungguh sulit untuk dibunuh rupanya, Kir."

Kir : "Itu kelebihanku. Kau bisa mencoba lagi, tentu."

Renee : "Kematian terlalu bagus buatmu sekarang. Aku, punya rencana lebih menarik."

Kir : "Kau tak bisa apa-apa lagi, Renee. Luv telah tiada! Semua rencanamu berantakan! Kau kalah telak."

Renee : "Siapa bilang? Dhani, ambilkan pendulumku."

Dhani : "Baik. Dan bolehkah aku merekam ini dengan handycam ku? Aku ingin mengabadikan prosesnya. Sebagai bahan belajarku."

Renee : "Silakan, Dhani, muridku tersayang."

Kir : "Apa yang kalian perbincangkan ini?!"

Renee : "Well, sejak kau menghancurkan 'Luv' ku maka rencanaku akan terhambat sebelum aku menciptakan 'Luv' yang baru."

Kir : "Maksudmu?!"

Renee : "Kau, Kir, akan mendapat kehormatan untuk menjadi 'Luv' kedua."

Kir : "!!!"

Dhani : "Aku siap, Renee."

Renee : "Mari kita mulai."

Mencoba menghindar dari hipnotis Renee, Kir menutup matanya. Tapi hanya dengan sebuah jentikan jarinya, Renee telah menguasai kesadaran Kir sepenuhnya. Pemuda itu dengan sukarela membuka matanya lagi. Senyum Renee mengembang. Wanita itu mengayunkan pendulum berujung kristalnya di depan wajah Kir sembari membisikkan kalimat demi kalimat yang merasuk ke otak Kir. Dhani mati-matian menjaga agar tangannya yang memegang handycam tidak bergetar. Dia sangat bersemangat merekam semuanya. Akhirnya Renee mundur beberapa langkah dari Kir. Menyimpan pendulumnya.

Renee : "Sebutkan namamu..."

Kir : "...namaku...Avel..."

Ekspresi Kir datar. Tak ada senyum di bibirnya. Matanya kosong seolah tanpa jiwa. Tubuh itu kini milik si mesin pembunuh, Avel.

Kir's AnswersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang