BDP-2

7.6K 718 14
                                    

"Ketemu lagi kita," ucap seseorang membuat Prilly yang sedang menghisap rokoknya langsung menoleh. Sesaat kemudian dahinya mengerinyit melihat seorang pria yang kemarin menghampirinya saat ia sedang berkunjung ke makam Ricko kini ada di sampingnya.

"Sendiri aja?" tanya orang tersebut yang ternyata Ali.

"Seperti yang lo liat." balas Prilly acuh dan kembali menghisap rokoknya. Hari ini Genta sedang menjaga Mamanya yang sedang sakit, jadi ia tak bisa menemani Prilly.

"Ngga baik cewek ngerokok, apalagi minum minuman keras." ucap Ali lagi.

"Bukan urusan lo!" Prilly mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan kemudian bangkit dari duduknya hendak berlalu. Namun baru beberapa langkah tubuhnya langsung tumbang dan beruntung dengan sigap Ali menangkapnya.

"Lo mabok, biar gue antar."

"Ngga perlu, makasih." balas Prilly datar kemudian berlalu sambil memegang kepalanya yang sangat pusing.

"Udah gue bilang, biar gue antar." ucap Ali saat melihat Prilly jatuh tersungkur. Tanpa menunggu jawaban dari gadis keras kepala ini, Ali langsung menggendongnya dan membawanya ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari club ini.

Ali menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung harus membawa gadis ini kemana. Sedaritadi di tanya alamat rumahnya hanya di jawab dengan racauan tak jelas. Sepertinya ia harus membawa gadis ini ke apartemen yang ia tempati semenjak Mamanya meninggal. Ya! Tak ada pilihan lain.

Sesampainya di apartemen miliknya, Ali langsung merebahkan tubuh mungil Prilly yang sudah terlelap di ranjang king size nya. Di tatapnya wajah damai gadis itu dalam-dalam. Cantik. Namun sayang terdapat kepedihan mendalam di wajahnya. Dengan ragu Ali menyentuh pipi mulus Prilly, di usapnya dengan lembut berharap gadis itu tak bangun.

"Apapun dan bagaimanapun perasaan lo, gue yakin lo cewek kuat." ucap Ali masih terus mengamati wajah damai Prilly. Cukup lama memandangi wajah cantik Prilly, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

***

Prilly mengerjapkan mata saat merasakan sinar matahari menerobos menyinari wajah cantiknya. Setelah matanya terbuka sempurna, ia mengerinyitkan dahi melihat kamar asing berwarna hitam berkombinasi putih. Prilly pun mencoba bangun sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

"Udah bangun?"

Prilly terlonjak mendengar pertanyaan tersebut. Matanya langsung menatap tajam seseorang yang baru masuk tanpa permisi itu. Pria ini? Dengan cepat ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Perasaan lega menyelimuti hatinya saat melihat pakaian yang semalam ia pakai masih melekat sempurna di tubuh mungilnya.

"Lo bisa ketuk pintu dulu ngga sebelum masuk?" tanya Prilly ketus. Ali terkekeh sambil berjalan ke arah balkon kemudian menyalakan rokok dan menghisapnya.

"Ini kamar gue, kenapa harus ketuk pintu dulu?"

"Karena ada gue di dalamnya. Oh apa ini salah satu dari kemodusan lo?" tuduh Prilly sambil menyipitkan matanya.

"Lo mau gue modusin?" tanya Ali sambil berjalan mendekat ke arah Prilly setelah mematikan rokoknya. Prilly memegang selimutnya semakin erat dengan wajah ketakutan.

"Ma...mau apa lo?" tanya Prilly gugup saat Ali semakin mendekatkan wajahnya. Ali menyeringai sambil menatap mata Prilly. Indah! Matanya indah. Berwarna coklat mengkilau dan menenangkan. Namun lagi-lagi terdapat kesedihan yang mendalam.

"Lo cantik kalau lagi gugup." bisik Ali tepat di telinga Prilly kemudian berlalu meninggalkan Prilly yang masih diam mematung. Sampai di ambang pintu, Ali berhenti dan berbalik.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang