BDP-8

6.4K 646 42
                                    

Menunggu di depan gerbang rumah Prilly dan menunggu sampai wanita cantik itu keluar menemui nya seperti nya sekarang sudah menjadi kebiasaan Ali. Setiap hari, dari pagi sampai malam Ali selalu menunggu Prilly. Pergi hanya jika sedang ada meeting dan malam hari nya baru pulang ke apartemen. Ali kangen Prilly. Oh ralat! Mungkin kangen sudah naik tingkat menjadi Rindu. Rindu lesung kucing nya saat wanita itu tertawa. Rindu mata hazel yang dulu nya kelam dan akhir-akhir ini menjadi berbinar, namun kemungkinan besar sekarang mata hazel itu kembali kelam saat Ali mengecewakan nya. Juga rindu pipi merona nya yang sangat menggemaskan jika sedang di goda.

Ini sudah hari ke 3 Ali selalu menunggu Prilly keluar dari rumah nya, namun gadis itu tak kunjung keluar. Menyandarkan punggung nya ke belakang jok mobil sambil memejamkan mata. Semarah itu kah Prilly dengan nya? Kemana dan dengan siapa dia sekarang? Pertanyaan itu selalu mengganggu fikiran nya akhir-akhir ini.

Suara deru mobil membuat mata Ali terbuka. Menegakkan tubuh nya saat melihat mobil Genta memasuki halaman rumah Prilly. Dahi nya berkerut, untuk apa Genta datang ke rumah Prilly? Bukankah ia mengatakan tak mengetahui keberadaan gadis itu?

Dengan cepat Ali turun dari mobil, seketika mata nya terbelalak melihat orang yang turun dari mobil saat Genta membukakan pintu nya. Prilly...? wanita itu terlihat pucat dan tubuh nya juga sedikit mengurus.

Tak tahan dengan rasa penasaran dan khawatir nya, Ali pun berlari mengejar Prilly yang sedang di papah Genta masuk ke dalam rumah.

"Prilly..." Ali memanggil lirih, mata nya menatap sendu wanita yang kini ia cintai itu. Saling menatap tanpa bicara seolah sedang menyalurkan rasa rindu nya. Cukup lama sampai akhirnya Ali mendekat dan langsung mendekap erat tubuh mungil Prilly seiring dengan air mata Prilly yang mengalir membasahi pipi nya. Genta pun melepaskan genggaman tangan nya dari tangan Prilly. Sedikit melangkah mundur, memberi kesempatan pada dua manusia yang sedang melepas rindu itu.

Dengan sedikit kasar Prilly melepaskan pelukan nya, menatap kecewa Ali yang mencoba meraih dan ingin menggenggam ke dua tangan nya. Tangan kanan nya terangkat saat Ali ingin membuka suara untuk menjelaskan.

"Gue ngga suka pembohong!!"

"Tolong dengarin dulu, please...!"

"Apa yang mau di jelasin? Apa sih yang bikin lo ngelanggar? Cewek-cewek nya?"

Kecewa saat Ali melanggar janji nya, janji untuk tidak mabuk-mabukan lagi. Namun ada perasaan lain yang mengganggu hati nya saat melihat ada wanita lain di apartemen Ali. Dada nya terasa sesak, tak rela jika Ali bersama yang lain walau pun ia tau wanita itu bukan berada dalam pelukan Ali.

"Izinin aku ngejelasin dulu, ya?" Ali berucap lembut, tangan nya merengkuh pinggang Prilly, menahan tubuh nya yang masih terlihat lemas. Prilly mengerutkan dahi nya. Aku?

Sementara Genta hanya diam memperhatikan dengan wajah bingung dan sakit hati mendengar Ali menggunakan kata 'Aku' pada Prilly.

"Kemarin itu aku di ajak Bima pesta buat ngerayain ulang tahun nya, aku janji kok itu yang terakhir..."

"Ngga usah janji-janji, yang kemarin aja di langgar sekarang udah bikin janji lagi!" Prilly menyahut dengan kesal.

"Oke aku ngga janji deh,"

"Kalau ngga janji, Berarti mau ngulangin lagi?" Prilly memprotes tak terima membuat Ali menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

Wanita terkadang aneh. Bilang nya jangan janji karena menurut nya percuma jika di ingkari, namun saat di bilang tak janji malah menuduh akan mengulangi. Kadang jika di tanya, bilang nya terserah tapi saat pria menyampaikan keinginan nya malah di protes.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang