BDP-20

6.2K 584 55
                                    


"Satu lagi, sikap lo barusan semakin bikin gue yakin kalau hubungan kita emang harus di akhiri!"

Huh!
Ali membuang nafasnya kasar. Kata-kata Prilly benar-benar membuatnya gelisah. Ucapannya yang tak terkontrol membuat keadaan semakin rumit. Kesalahan karena berbohong belum di maafkan, sekarang sudah nambah lagi kesalahan yang membuat hubungannya semakin rumit.

Cemburu!
Satu kata itu membuatnya hilang kendali. Fikirannya saat itu hanya tak rela Prilly memberi perhatian pada yang lain, apalagi sebelumnya ia mendengar ucapan Prilly yang menyayangkan kenapa Genta tak mengungkapkan perasaannya sejak dulu hingga Ali menganggap bahwa kebohongannya hanya di jadikan alasan Prilly untuk mengakhiri hubungannya.

"Prilly nya ke rumah Genta Li."

Bu Risma selalu menjawab seperti itu selama seminggu berturut-turut saat Ali datang ke rumah Prilly setiap malam. Ingin berbicara di kantor tapi Prilly menegaskan bahwa ia ingin profesional tak ingin membicarakan hal lain di luar pekerjaan. Datang ke rumahnya tapi gadis itu selalu tak ada. Sebenarnya apa yang dia lakukan di rumah Genta sampai harus ke sana setiap malam?

"Di samperin ke sana aja Li." Bu Risma selalu menyarankan seperti itu tapi Ali tak juga ke rumah Genta. Dan sekarang, di malam ke tujuh Ali ke rumah Prilly tapi tak juga bertemu dengan gadis itu, Ali pun memutuskan untuk ke rumah Genta.

"Makasih Tante, maaf ganggu setiap malam." Ali berkata sungkan.

"Kalau ada masalah di selesaikan ya, jangan terlalu lama di biarkan." Bu Risma mengusap kepala Ali saat pria itu mencium punggung tangannya ingin pamit. Ali mengangguk sambil tersenyum.

"Anaknya selalu menghindar Tante, gimana mau di selesaikan!" Batin Ali yang menyahut.

***

"Apa lo lagi ngasih gue harapan?" Genta bertanya ketika Prilly menyuapi makanan. Selama seminggu ini Prilly selalu ada untuk Genta. Menyuapi makan, mengusap kepalanya saat pria itu akan tidur, bahkan Prilly baru pulang jika Genta sudah tertidur pulas.

Di tanya seperti itu Prilly langsung terdiam. Memberi harapan?

"Gue sayang sama Lo Gen."

"Sikap lo selama seminggu ini selalu buat gue berharap lebih."

Prilly tertunduk. Benar juga yang di katakan Genta. Lalu ia harus bersikap seperti apa? Apa Prilly harus bersama Genta sementara hatinya masih di penuhi oleh Ali?

Selama ini Genta sudah memendam perasaannya, merelakan demi kebahagiaan Prilly. Apa Prilly juga harus merelakan kebahagiaannya dengan benar-benar melepas Ali lalu menjalani hubungan dengan Genta? Bukankah itu semakin membuat Genta tersakiti?

"Gue menyesal selama ini ngga ngungkapin semuanya, tapi lebih menyesal lagi kalau sampai gue ungkapin." Ucap Genta membuat Prilly mengangkat kepalanya.

"Karena gue tau, gue ngga akan bisa bahagiain lo..."

"Cinta gue jangan di jadiin beban, selama ini gue rela pendam perasaan karena gue ngga mau merusak kebahagiaan lo. Jadi jangan sampai bikin gue menyesal karena pemendaman perasaan gue selama ini sia-sia."

"Gue cinta sama lo, lo ngga harus balas. Cukup lo bahagia, itu udah buat gue lega."

Prilly menaruh piring berisi makanan yang ada di tangannya ke atas nakas kemudian memeluk Genta yang sedang bersandar di kepala ranjang.

"Maafin gue..."

"Lo ngga salah, kita ngga salah, semua udah jalannya." Genta memotong ucapan Prilly yang tersendat karena menangis sambil mengusap kepala gadis itu.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang