BDP-7

6.3K 618 24
                                    

Kalau urusan di sini selesai, mama papa pasti pulang sayang...

Selalu seperti itu jawaban nya. Yang terpenting pekerjaan dan tak mengerti perasaan anak nya yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Yang di fikirkan hanya materi tapi sedikit pun tak bisa di ajak berbagi. Ingin nya bersandar di bahu papa ketika ia lelah. Mengeluh pada mama tentang kesedihan yang di alami. Namun ke dua nya tak peduli bagaimana keadaan perasaan nya. Sudah membaikkah? Atau masih terpuruk?

Bukan dengan materi untuk mendapat kebahagiaan, tapi dengan kebersamaan berisi candaan dan perhatian. Materi hanya memuaskan tapi kebersamaan akan mendapat kebahagiaan.

Prilly menuruni anak tangga, ia menuju ruang tamu dan menyalakan tv setelah sempat mengambil juice di kulkas yang berada di samping pantry. Menyalakan televisi, sambil sesekali meneguk jus nya. Berkali- kali juga ia berdecak karena acara nya tak ada yang menarik. Akhirnya dia memutuskan untuk ke halaman belakang rumah, duduk di ayunan yang berada di gazebo dekat kolam renang. Di bawah pohon yang cukup rindang, Prilly membuka majalah. Pandangan nya terhenti pada gambar sebuah lukisan yang berada di majalah tersebut. Cukup lama memandang nya, sampai akhirnya ia tersentak saat merasakan tetesan air mata yang mengenai punggung tangan nya.

"Kenapa suka banget ngelukis aku sih?"

"Karena ngga ada objek yang lebih indah selain kamu."

Prilly kembali teringat dengan Ricko yang senang sekali melukis diri nya. Pria itu begitu banyak sekali cara untuk membuat nya bahagia. Pembawaan nya yang tenang membuat Prilly selalu nyaman. Ucapan nya yang lembut, perlakuan nya yang manis membuat Prilly sangat mencintai nya.

Kini tak ada Ricko, tapi Ali? Ali selalu melakukan hal yang sama, hanya saja Ali terlihat lebih arogan dan tengil. Berbeda dengan Ricko yang kalem dan tenang.

Bukan ingin membandingkan, tapi memang selalu ada persamaan di antara mereka. Mereka sama baik nya, tak ada yang lebih baik atau kurang baik. Dengan pembawaan karakter masing-masing yang melekat pada diri mereka membuat ke dua nya terlihat sangat sempurna. Terutama bagi para wanita.

Menutup majalah kemudian bangun dari ayunan, Prilly bergegas ke kamar nya. Dia harus bersiap-siap. Seperti nya sekarang saat nya Prilly pergi ke tempat yang sudah setahun ini tak ia kunjungi dan ia akan mengajak Ali, pria ke tiga yang ia pilih untuk mengunjungi tempat itu setelah Ricko dan Genta.

Dengan memakai kaus putih di padukan jacket levis dan celana sobek-sobek andalan nya, Prilly berjalan ke halaman rumah. Melajukan mobil nya menuju apartemen Ali, membelah kota jakarta yang cukup padat di bawah langit yang menggelap di tambah dengan rintikan hujan yang membasahi jalanan.

Prilly sedikit berlari masuk ke dalam lobi sambil mengadahkan tangan nya di atas kepala agar air hujan tak terlalu membasahi nya. Berjalan menuju lift setelah berbincang sebentar dengan recepsionis yang memang sudah sangat mengenal nya.

Masuk ke dalam lift dan menekan angka 15 kemudian mengeluarkan ponsel nya untuk membuka akun instagram yang sudah jarang sekali ia buka.

Ting!!!

Pintu lift terbuka, Prilly keluar sambil memasuki ponsel nya kembali ke dalam tas. Sesampainya di depan pintu apartemen Ali jantung nya berdetak lebih cepat. Dengan gugup ia menekan tanggal lahir nya dan tanggal lahir Ali untuk membuka pintu itu.

Jantung nya semakin berdetak cepat saat pintu terbuka. Bukan gugup karena akan bertemu Ali, tapi karena suara musik yang cukup keras dan bising yang sangat memekakkan telinga. Dengan ragu Prilly melangkah ke arah suara bising tersebut. Seketika lutut nya melemas seperti tak bertenaga, dada nya terasa sesak saat melihat orang yang ingin ia temui sedang mabuk bersama teman-teman nya dan ada dua orang wanita yang berada dalam pelukan teman nya.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang