BDP-14

6.5K 599 12
                                    

Prilly tersenyum melihat dua orang yang sangat ia sayang dengan versi berbeda itu terlihat akur bermain kartu. Sesekali tawanya pecah melihat wajah cemberut Ali yang banyak sekali coretan bedak ketimbang wajah Genta.

"Curang lo!" Ali melempar kartunya saat tau ia kembali kalah.

"Dih, kalah sih begitu. Siniin muka lo..." Genta mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya yang sudah di penuhi bedak siap mencoreng wajah Ali.

"Ngga mau!" Ali berlari meloncati sofa menuju dapur dimana Prilly sedang membuatkan nasi goreng untuk mereka.

"Heh, curang banget lo! Sini ngga..." Genta mengejar Ali yang sudah berlindung di balik tubuh mungil Prilly.

"Kenapa sih?" tanya Prilly.

"Laki lo curang, kalah masa ngga mau di coret mukanya!" Adu Genta kesal.

"Lo yang curang. Masa gue kalah mulu!" Ali mengadu tak mau kalah.

"Lah, emang lo nya aja yang ngga bisa main!"

"Lo tuh..."

"Udah, stop!" Prilly menatap tajam ke dua pria yang sangat kekanakan ini.

"Udahan kalau begitu mainnya!" Prilly memberi solusi agar tak ribut seperti ini.

"Curang bisanya ngumpet di belakang badan mungil bininya doang!" Genta mengumpat kesal kemudian berlalu ke ruang tamu setelah mendelik pada Ali.

"Biarin! Daripada..."

"Udah, ngga usah di sahutin. Kamu yang salah kok...!" Prilly memotong ucapan Ali yang ingin membalas umpatan Genta.

"Kok aku?" Ali memprotes tak terima.

"Kamu kalah tapi ngga mau di hukum. Egois..."

"Jadi belain dia sih!" Ali semakin tak terima mendengar Prilly yang membela Genta. Dengan wajah kesal Ali meninggalkan Prilly yang menggelengkan kepala melihat tingkahnya.

Semenjak keegoisannya yang berujung pertengkaran waktu itu, kini Prilly lebih mengutamakan Ali. Terkadang Prilly juga membawa Ali jika sedang ada janji dengan Genta. Seperti kapan lalu saat Genta meminta di temani mencari kado untuk mamanya, dalam waktu bersamaan Ali juga mengajaknya untuk ke rumah tantenya. Akhirnya Prilly memutuskan untuk mengajak Ali menemani Genta terlebih dulu, baru setelahnya ke rumah tante Ali bersama Genta juga. Namun jika sedang berkumpul, Prilly selalu di buat pusing oleh ke dua pria itu. Kalau sedang bergabung ada saja tingkahnya. Sebentar akur sebentar ribut. Contohnya ya seperti tadi itu.

Lagi-lagi Prilly tertawa melihat mereka. Keduanya sama-sama sedang sibuk dengan ponselnya, duduk di sofa yang sama namun ada bantal yang di tumpuk yang menjadi pembatas duduk mereka. Sama-sama konyol bukan? Bagaimana bisa seorang pengusaha muda yang sangat tampan dan di gilai para wanita bertingkah seperti ini?

"Jangan senggol-senggol. Sanaan..." Ali mendorong tangan Genta yang berada di atas tumpukan bantal yang tak sengaja menyenggol lengan Ali.

"Ngga sengaja!" Genta mengusap tangannya yang bekas menyenggol Ali ke bajunya seakan menghapus debu.

"Makan dulu deh, pasti capek daritadi ribut mulu." Prilly menarik tangan Ali dan Genta kemudian membawanya ke meja makan.

Sesampainya di meja makan Ali dan Genta sama-sama mengerinyitkan dahinya heran melihat hanya ada satu nasi goreng di piring yang berukuran cukup besar dan dua sendok di sisi kanan kirinya.

"Kenapa cuma satu?"

Prilly terkekeh mendengar pertanyaan serempak mereka. Bahkan bertanya saja bisa kompak seperti itu.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang