BDP-22

6.7K 609 73
                                    

"Cincin?" Prilly menggumam kecil, matanya terus menatap cincin yang cukup simple namun sangat indah karena tengahnya di hiasi berlian berbentuk huruf A.

"Ini maksudnya apa?" Prilly menoleh pada Ali dengan heran.

"Ngga ada maksud apa-apa, cuma tadi iseng beli ciki eh nemu begituan!" Ali menyahut asal kemudian keluar dan mengitari mobil membukakan pintu untuk Prilly.

"Mantan, yang bener deh, ini apaaa?"

Ali mendelik.

"Jangan begitu sih, omongan itu doa loh, memang kamu mau jadi mantan?" Ali bertanya dengan nada kesal sambil bersandar di samping mobil.

"Iya, maaf maaf, habisan kamu jawabnya asal-asalan." Prilly bergelayut di lengan Ali yang terlipat di depan dada. Kepalanya mendongak menatap Ali yang juga menunduk menatapnya.

"Jangan begitu..."

"Iya, kamu maahhh, nanti jadi panjang deh!" Prilly memotong ucapan Ali. Jari telunjuknya menekan-nekan pipi Ali yang sedikit menirus.

"Kok kurusan sih?"

"Iyalah, kemarinan bini ngambek, akunya ngga di perhatiin, yang di perhatiin cowok lain!" Ali membalas membuat Prilly tertawa geli.

"Lakinya nakal sih, suka tergoda sama wanita idaman lain!" Sahut Prilly, kali ini Ali yang tertawa. Wanita Idaman Lain katanya.

"Enak aja tergoda, engga yaa, aku ngga tergoda!"

"Masa?"

"Iya!"

"Percaya deehhh, kamu bohong aja aku percaya!"

"Sayang, ya Allah, masih aja di bahas sih!" Ali menekan gemas hidung Prilly membuat gadis itu memekik.

"Sakiittt!" Prilly merengek sambil memegang hidungnya yang terasa sedikit perih.

"Maaf maaf, kamu sih bikin aku gemesss." Ali meraih tangan Prilly lalu tangan kanannya menggantikan tangan Prilly untuk mengusap hidungnya.

"Kamu mah nyakitin aku terus!"

Tangan Ali yang masih mengusap hidung Prilly langsung terhenti.

"Iya aku memang nyakitin kamu terus, ngga kayak dia yang selalu bikin kamu bahagia!"

"Sayang, sayang... aku ngga ada maksud begitu." Prilly langsung menahan tangan Ali karena setelah berucap seperti itu, Ali langsung melepaskan genggamannya dan berlalu hendak memasuki mobil. Padahal tak bermaksud menyinggung Ali, tapi sepertinya Ali tersinggung karena teringat ucapan Reno kemarin yang mengatakan bahwa Ricko lebih baik.

"Aku bercanda, sumpah." Prilly meraih tangan Ali.

"Aku kan udah bilang ngga ada yang lebih baik atau ngga baik, aku bahagia sama kamu, kenapa harus dengarin omongan orang sih?" Prilly mengarahkan wajah Ali saat pria itu menatap ke arah lain

"Mereka cuma bisa berkomentar dari apa yang di lihat mata doang, padahal ngga tau yang terjadi sebenarnya kayak gimana..."

"Kok jadi sensitif begini sih kamu? Lagi hamil ya?" Prilly menaik turunkan alisnya dengan wajah menggemaskan membuat Ali akhirnya tertawa kemudian mendekap tubuh mungil di depannya ini.

"Eh, cincinnya mana?" Ali melepaskan pelukannya saat teringat Prilly tak memegang cincin yang tadi ia kasih.

"Di dashboard."

"Loh kok di taro di situ lagi?"

"Katanya itu cincin hadiah ciki, yaudah aku taro situ lagi." Prilly menjawab dengan wajah polosnya membuat mata Ali melebar.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang