BDP-9

6.7K 633 23
                                    

"Sayang..."

"Ya?"

"Nengok sini dulu...!"

Prilly meletakkan pulpen nya lalu menatap Ali yang sedang menyandarkan tubuh di kursi kebesaran nya.

"Kok diam?" Prilly mengerinyitkan dahi nya karena Ali tak juga bicara setelah menyuruh untuk menatap nya.

"Udah..."

"Udah apa?"

"Udah natap mata hazel nya, sekarang jadi semangat kerja." Ali berkata lucu sambil tersenyum menampilkan deretan gigi nya yang rapi. Prilly terkekeh, menggelengkan kepala melihat tingkah Ali. Pria arogan dan tengil seperti Ali biasa nya pria yang manja. Terlihat kasar namun sangat perhatian.

Prilly memperhatikan Ali yang mulai sibuk dengan laptop nya. Sesekali pria itu mengerutkan dahi sambil mengetukkan pulpen di dagu nya. Ketampanan nya semakin bertambah jika sedang serius seperti ini. Tengil nya pun tak terlihat.

"Jangan di tatap terus sayang, aku tau aku ganteng." ucap Ali percaya diri tanpa mengalihkan pandangan nya dari laptop. Prilly mendelik kemudian melempar pulpen yang langsung di tepis dengan gulungan kertas oleh Ali.

"Ngga sopan ya sama bos!" Ali berdiri dan berjalan menghampiri Prilly.

"Ngapain ke sini? Kerja sana..." Prilly mendorong tubuh Ali yang kini berada di hadapan nya.

"Di sini siapa bos nya?" tanya Ali dengan nada angkuh, tangan nya melipat di depan dada.

"Sombong!"

"Siapa?"

"Itu orang."

"Ya siapa?"

"Kamu lah."

Ali mengapit kepala Prilly di bawah ketiak nya membuat gadis itu memekik.

"Bau!" Prilly mengibaskan tangan nya di depan hidung dengan wajah seolah jijik.

"Bau?" Ali mengerucutkan hidung nya mencium tubuh nya sendiri.

"Wangi kok." lanjut Ali saat tak mencium bau apapun dari tubuh nya. Dia ini sangat menyukai kebersihan, walaupun penampilan nya sangat arogan dan tak terlihat seperti seorang Direktur tapi Ali selalu menjaga kebersihan apalagi jika menyangkut tubuh nya. Setiap hari selalu mandi dua kali sehari, kadang jika sedang terlambat dan tak sempat mandi, Ali selalu menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh nya seperti mandi minyak wangi.

"Iya ya wangi..." Prilly mencium dan menghirup dalam ketiak Ali lalu tersenyum.

"Kalau ngga wangi aku ngga mau sama kamu!" lanjut Prilly.

"Dih!"

"Iya lah, bisa pingsan setiap hari aku kalau kamu bau."

"Kalau aku ngga kaya, kamu juga ngga mau?"

"Oh jelas ngga mau lah, kan aku matre."

Ali tertawa mendengar jawaban Prilly yang tak ada jaim-jaim nya itu. Bilang nya tak mau kalau bau tapi selalu menempel di bawah ketiak nya meskipun Ali belum mandi. Bilang nya matre tapi kalau di ajak jalan ngga pernah minta apa-apa. Di beliin di ambil, kalau ngga di tawarin ngga pernah minta. Dasar aneh!

Prilly ini wanita sederhana. Jika di belikan sesuatu dengan harga yang cukup mahal ia menolak, kata nya takut uang Ali habis. Ali tertawa saat mendengar jawaban Prilly waktu itu. Bukan nya sombong, padahal jika membeli dengan toko nya pun Ali sanggup.

Mungkin karena Prilly wanita yang sangat mandiri jadi ia merasa tak enak jika di belikan barang mahal. Selama lulus sekolah, Prilly sudah membiasakan membeli apapun dengan tabungan nya sendiri. Dia tak pernah mengandalkan kekayaan orang tua nya. Bahkan saat baru lulus sekolah ia pernah bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl). Kuliah di pagi hari dan siang nya bekerja sebagai SPG hingga malam hari. Padahal orang tua nya sudah melarang dan mengatakan bahwa SPG tak layak untuk seorang anak pengusaha sukses seperti Prilly. Tapi Prilly tetap kekeh pada pendirian nya. Sampai akhirnya mendapat gelar sarjana, baru lah ia bekerja sebagai sekertaris di perusahaan ternama di Indonesia. Namun di tengah pekerjaan yang memang sangat ia impikan itu, Prilly harus berhenti karena merasa jiwa nya tak berguna ketika Ricko tak lagi di sisi nya. Dan sekarang, terbukti betapa waktu begitu pintar mengatur kedekatan nya dengan Ali yang mampu mengalihkan keterpurukan nya.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang