BDP-5

7.2K 673 15
                                    

"Sstttt..."

"Cewek, nengok sini dong..."

Prilly memutar bola mata nya malas. Daritadi kerja selalu di gangguin dan di godain. Ini bos benar-benar tengil. Prilly sudah meminta agar ruangan kerja nya di pisah saja tapi Ali melarang. Dia bilang suka-suka karena di sini dia lah bos nya. Alhasil seperti ini, kerja bukan nya konsentrasi malah di godain mulu. Semakin lama tingkah nya semakin tengil dan arogan. Suka semau nya sendiri dan tak ingin di bantah.

Selama 3 bulan bekerja dengan Ali, Prilly jadi jarang bertemu dengan Genta. Kadang Prilly nya yang sibuk karena harus menemani Ali meeting sampai malam, kadang juga Genta nya yang sibuk karena akhir-akhir ini selalu ke luar kota. Komunikasi hanya lewat ponsel saja. Namun walaupun begitu Genta selalu memantau keadaan Prilly lewat Ali. Setiap hari selalu menanyakan bagaimana perasaan Prilly? Sedih atau senangkah? Menangis atau tertawa? Kadang Ali di buat geram karena Genta terlalu posessif.

Genta pun sebenarnya tak rela jika Prilly terlalu dekat dengan Ali. Tapi ia harus ikhlas karena Prilly terlihat bahagia jika di samping Ali. Bahkan kini Prilly sudah tak pernah ke club atau pun merokok karena Ali selalu melarang nya. Entah apa yang Ali lakukan hingga dengan mudah nya Prilly menuruti. Dulu Genta juga melarang Prilly namun gadis itu tak sama sekali mendengarkan. Padahal Prilly menuruti Ali karena ia pun mengajukan syarat yaitu Ali juga tak boleh pergi ke club dan mabuk-mabukan. Akhirnya kini mereka setiap malam selalu ke caffe sebagai pengganti club.

"Ssttt, neng liat sini dong..."

Prilly membuang nafas nya, ia meletakkan pulpen nya sedikit kasar di atas file-file yang menumpuk di hadapan nya. Menatap Ali dengan tatapan tajam nya namun yang di tatap malah menyengir tanpa dosa.

"Gue bingung, gimana bisa orang tengil kayak lo jadi Direktur Utama...!"

Ali terkekeh kemudian berjalan menghampiri Prilly lalu duduk di atas meja menghadap gadis itu.

"Itu lah hebat nya gue..."

Prilly mencibir mendengar jawaban Ali yang terdengar sangat bangga. Ia meraih tangan Ali kemudian menggigit nya.

"Kok di gigit?"

"Gemesss! Lo tengil banget..." Prilly membalas dengan wajah lucu nya. Ali terkekeh kemudian membalas dengan menggelitiki pinggang Prilly.

"Ampun... Ali udah... please..." Prilly menggeliatkan tubuh nya menghindari tangan Ali yang semakin gencar menggelitiki nya.

"Udah, ntar ngompol...!" Prilly memukul paha Ali dengan nafas memburu.

"Ali..."

Ali dan Prilly menoleh saat mendengar suara pintu terbuka di iringi suara yang memanggil nama nya. Ekspresi Ali berubah menjadi datar saat melihat papa nya berdiri di ambang pintu. Sementara Prilly bangun dari duduk nya lalu sedikit membungkukkan tubuh nya pada pria paruh baya yang ia tau adalah papa Ali.

Prilly mengetahui papa Ali saat ia berkunjung ke apartemen Ali dan tak sengaja melihat figura foto berukuran sedang. Di foto tersebut terlihat papa mama Ali dan Ali yang mengenakan Toga. Dan dari situ lah Ali menceritakan tentang hubungan nya dengan papa nya yang jauh dari kata baik.

"Kamu...?"

"Saya Prilly pak, sekertaris Ali, emm maksud saya pak Ali..." Prilly mengulurkan tangan nya yang langsung di sambut hangat oleh papa Ali.

"Oh, saya Pratama, papa nya Ali..." papa Ali membalas sambil tersenyum, ia melirik Ali yang masih setia memasang wajah datar nya.

"Ada perlu apa?" tanya Ali dingin. Prilly yang mendengar nya pun langsung mencubit pinggang Ali mengisyaratkan bahwa ucapan nya barusan sangat tak sopan, apalagi lawan bicara nya adalah papa nya sendiri.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang