BDP-10

7.2K 605 15
                                    

Langkah kaki mengiringi tempat dimana tersimpan sebuah masa lalu. Masa lalu yang kini akan di buka bersama masa depan. Prilly menoleh dan tersenyum pada Ali yang sedaritadi menatap nya. Dengan sedikit ragu Prilly membuka pintu berwarna abu-abu yang menjulang tinggi di hadapan nya itu. Memasuki rumah tersebut di ikuti Ali di belakang nya. Setelah tadi ziarah ke makam Ricko, kini Prily mengajak nya ke sebuah tempat.

Gelap!
Itu lah kata pertama yang Ali ucapkan ketika melihat ruangan gelap dan sepi tak berpenghuni itu. Namun sesaat kemudian mata nya terbelalak saat Prilly menyalakan lampu. Ruangan berdominasi hitam dan abu-abu yang terdapat banyak lukisan itu membuat Ali berdecak kagum. Lukisan bertema musik dan lukisan bergambar wajah Prilly dan .....

"Itu dia..." Prilly berucap sambil menatap Ali yang masih memandangi lukisan wajah nya dan wajah Ricko.

"Dia ngebangun gallery ini karena kita sama-sama senang melukis..."

"Di sini lukisan kita semua..."

Ali langsung menoleh dan mata nya bertemu mata coklat berbinar yang kini ia cintai.

"Dulu kita pernah janji kalau salah satu ada yang pergi, maka yang bertahan berhak membawa orang baru yang bisa bikin bahagia..."

"Dan hari ini, tepat di bulan ke enam kita jadian, aku bawa kamu ke sini, karena kamu orang yang aku cinta dan orang yang bikin aku bahagia setelah dia. Kamu juga orang ke empat yang datang ke sini setelah aku, dia dan Genta."

Tanpa mengatakan apapun Ali langsung membawa Prilly ke dalam dekapan nya. Memeluk nya begitu erat, menyalurkan rasa cinta nya di dalam galery yang menjadi kenangan kekasih nya bersama masa lalu nya.

"Terimakasih sayang..." ucap Ali tulus. Prilly melonggarkan sedikit pelukan nya lalu mendongak menatap Ali dan tersenyum.

"Jangan raguin aku lagi, aku mencintai kamu bukan sebagai dia atau kesamaan sifat kalian. Aku mencintai kamu sebagai Ali. Ali yang arogan, posessif dan tengil." Prilly berucap tulus sambil terus menatap Ali. Ia ingin meyakinkan Ali yang terlihat ragu sejak bertemu bu Rahma beberapa bulan lalu. Sebenarnya bukan meyakinkan tapi membuktikan bahwa pada kenyataan nya memang dia mencintai Ali seperti Adam mencintai Hawa.

Ali menganggukan kepala nya berulang kali, tersenyum tulus pada wanita yang baru saja membuktikan cinta nya. Mendekatkan bibir nya ke dahi Prilly dan mencium nya cukup lama. Saling memejamkan mata mencoba merasakan rasa cinta yang ada pada hati masing-masing.

"Kalian suka musik?" Ali bertanya sambil membantu Prilly membersihkan debu yang menumpuk di lukisan.

"Iya..."

"Lumayan ini buat bedakan," Ali menunjukkan debu yang menumpuk di tisu membuat Prilly sedikit menggoyangkan kepala nya agar tak terkena debu tersebut.

"Maklum lah, ini pertama kali aku ke sini setelah ngga ada dia. Dan pertama kali juga aku ke sini sama kamu, pria tercinta..." Prilly tergelak dengan ucapan nya sendiri membuat Ali tertawa geli.

"Makasih ya... wanita tercinta." Ali menyahut membuat mereka sama-sama tertawa.

Sebenarnya bukan tak menjaga perasaan, tapi mencoba melegakan. Melegakan orang dalam kenangan agar dia ada pada ketenangan.
Jika menjaga perasaan, perasaan siapa yang di jaga? Bukankah dia akan tenang jika melihat kita bahagia di sini?
Ikhlaskan dan bahagia lah maka dia akan tenang di sana. Setidaknya itu yang orang-orang katakan pada orang yang baru saja kehilangan.

"Eh, kamu mau makan apa?" Ali bertanya, ia menyandarkan punggung nya di sofa sambil memperhatikan Prilly yang sangat lincah meletakkan lukisan yang habis di bersihkan.

Bangkit Dan Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang