part 6

948 12 0
                                    

( azel)

Sejak peristiwa itu sampai sekarang bulan Mei habis ujian nasional, Nesya bersikap seperti biasanya. Apa perkataanku tempo hari nggak ngena ke dia ya. Ya Tuhan dia nggak bego-bego dalam pelajaran, tapi dalam hal ini dia.. sumpah bodohnya g ketulungan dah. Apa dia nggak pernah ngerasain jatuh cinta ya. Rugi banget hidupnya, ckckckckck.

Ketika kami akan mempersiapkan acara wisuda sekolah, aku lihat nesha dan indra tambah akrab. Dan rasanya hati ini nggak terima lihat mereka berdua. Seperti sekarang ini, malah tambah akrab banget kayak lalat ketemu lem nya. Bikin mata hati ini panas. Mana udara juga lagi panas-panasnya, ish nggak peka deh ni cewek. Salah ku juga sih sering gangguin dia. Sekarang kena karmanya. Cewek seantero sekolah cakep-cakep tapi entah kenapa aku Cuma punya magnet ke dia. Hanya dia yang bisa menarik ke pusaran perasaan suka. Tapi dia… aku menggelengkan kepalaku, tak percaya dengan keadaan ini.

“ zel kamu kenapa?”… tanya Jojo yang tiba-tiba udah nongol di depanku. Dia mengikuti pandanganku. “ o… jadi yang buat kamu gundah gulana itu si…”. Aku membungkam mulut jojo dengan tanganku.” Ish apaan si zel” dia melepaskan tanganku dari mulutnya. Aku hanya memberi isyarat untuk diam. “ suka kok gengsi, udah nyatain aja. Tuh kayaknya Indra juga naksir”. Dia ikut mandang kearah Indra dan Nesha yang sedang latian pidato. Aku g punya nyali tuk mengatakan, takut ditolak. Aku Cuma geleng-geleng kepala aja. “ kenapa? takut di tolak” tanya jojo penasaran. “ yah begitulah, tapi dia.. nggak tahulah, aku takut dia ngetawain aku. Dia kan cewek aneh”. Kataku tidak bersemangat. jojo mencebikkan bibirnya, “ mana azel yang aku kenal, ngadepin masalah ginian aja bego, nggak sebanding dengan Iq mu yang katanya encer itu. Ah sudahlah, kamu emang bego.” Jojo berlalu dari hadapanku dan bergabung dengan anak-anak lain. Apa yang dibilang jojo itu benar, aku harus ngomong ma dia. Ini kesempatan terakhir karena besok udah wisuda. Tapi sekarang aku nggak punya kesempatan tuk menyatakan karena dia terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk acara wisuda. Aku lupa bawa nyali… sayup terdengar lagu dari salah satu band kesukaan nesha ini menggema di aula sekolah. Seperti diriku saat ini

---

( Nesha )

Akhirnya wisuda juga, hiks hiks nggak kerasa udah lulus. Parasaan baru kemarin masuk jadi murid baru, sekarang aku berdiri di podium ini untuk mengucapkan pidato perpisahan sebagai wakil murid kelas 3. Dengan menghembuskan nafas aku mulai mengucapkan salam kepada hadirin. Mataku memandang semua yang ada di ruangan ini.

“ Tidak terasa kita kelas 3 akan pergi meninggalkan berjuta kenangan indah disekolah tercinta ini. Banyak suka duka yang kita lewati bersama, setelah sekian lama kita berjuang untuk menyelesaikan final pendidikan tingkat menengah atas ini sekuat tenaga, akhirnya kita semua lulus dengan nilai yang memuaskan. Semua ini tidak akan terjadi tanpa jasa guru-guru kita, tanpa niat kita untuk maju, tanpa dukungan doa dari orang tua kita. Semua berjasa dalam jalan kita menapaki pendidikan di SMA ini. Terimakasih kami ucapkan kepada semua guru-guru kami yang tanpa lelah mendidik kami. Adik-adik kelas yang mendoakan kami, kami serahkan tongkat estafet SMA ini untuk kalian semua. Buat bangga orang yang menyayangi kita. Jangan lelah belajar untuk maju melebihi kami kakak kelasmu. Saat nya kami pamit untuk pergi meneruskan cita-cita kami. Maafkan kami semua jika ada salah kata dan perbuatan yang menyinggung perasaan bapak ibu guru tercinta. Untuk teman-teman ku semua perjuangan kita masih panjang, harus tetap semangat menggapai cita-cita agar bisa menjadi manusia yang berguna bagi Nusa dan Bangsa”.

Aku mengakhiri pidatoku setelah mengucapkan salam, dan terimakasih. Aku turun dari podium dan saatnya Indra maju untuk menyerahkan almamamater kami lagi kepada bapak kepala sekolah, dan memberikannya kepada adik kelas kami. Tanda kami sudah lulus dari sekolah ini. Rasa haru menyelimuti hadirin yang datang. Aku berkaca-kaca mengingat kenangan indah bersama sahabat-sahabatku. Cepat nian waktu bergulir…

Saat acara udah kelar, Azel menghampiriku. Entah kenapa, dengan tampilan dia sekarang terlihat dewasa, dengan kemeja yang pas dibadanya yang proposional ini, lenganya digulung sampai siku.

“nesh.. boleh aku ngomong sebentar ma kamu”… dia ngomong nggak seperti biasanya. Ada nada serius disetiap ucapanya, mungkin pengaruh situasi perpisahan ini yang sedikit melankolis.

“ heeem boleh. Mau ngomong apa”. Aku menatapnya dan tersenyum. Aneh ini obrolanku pertama kali denganya secara normal tanpa emosi sedikit pun.

Dia masih menatapku tajam, tepat dimanik mataku, entah kenapa hatiku jadi berdegup kencang. Eh perasaan apa ini, aku nggak pernah merasakan sebelumnya. Dia menghembuskan nafas berat,

“ aku…” dia berhenti bicara dan mengusap tengkuknya, aku penasaran menanyakan “ ada apa?”.

Dia mengalihkan pandangan dan menghembuskan nafasnya, aku yakin deh udara bakalan tambah banyak karbon dioksidanya. Dari tadi menghembuskan nafas terus sih.

Aku menautkan alisku, tanda penasaran, kenapa sih dia. Kremian,? Terlihat gundah gulana gitu.

Aku masih menunggunya dengan menyedekapkan kedua tanganku. “ada apa sih?” aku mulai nggak sabar dengan tingkahnya.  Dia maju mendekatiku jarak kami hanya beberapa senti, dia membisikkan kata tepat ditelingaku, yang membuat tubuhku membeku sesaat. Hembusan nafasnya sampai di pipi kananku. Reflek aku kaget dan menjauh diri darinya, nggak tahu kalo dibelakang ada meja hingga punggungku membentur meja. “ aduuuh”aku meringis menahan sakit. Dia kaget dan membantu aku berdiri tegak lagi. “sorry aku nggak bermaksud,,,” katanya dan buru-buru aku memotong pembicaraanya.“ stop. Kamu nggak usah bilang sorry ke aku”. Huft entah kenapa saat dia bilang gitu, aku malah teringat perlakuanya terhadapku selama ini.

Pasti dia mau mempermainkan aku, batinku. Apa coba, dia bilang suka. Nggak bakal ketipu aku. Huft..  Dia ngomong lagi “ aku serius nesh”. Aku mendelik kaget apa dia bisa baca pikiranku ya. Dia masih menatapku menunggu, kami seperti tidak merasa terganggu dengan keriuhan diruangan ini.

“aku bisa nunggu jawaban kamu, jika kamu nggak bisa jawab sekarang” katanya lembut. Apa lagi ini, beneran dia suka ma aku. Kok aku nggak yakin ya. Aku menatap wajahnya mencari keseriusan darinya, tapi wajahnya menunjukkan keseriusannya. Oh ya Allah apa yang harus aku jawab. Aku bingung. Dengan sehalus mungkin aku jawab sambil meringis “ maaf, , , aku nggak bisa nerima perasaanmu. Aku Cuma nganggap kamu teman aja zel” kataku dengan berat hati. Ada seraut kecewa di wajahnya,aku masih meringis menatapnya. “ oh.. ya sudah nggak papa. Oke kita berteman”. Nada suaranya bergetar dan kecewa. Dia menjabad tanganku lama sekali. Semoga jawabanku ini tidak akan membuat penyesalan di kemudian hari. Maaf zeel…

 TBC

cinta yang tertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang