part 12

876 10 0
                                    

haduuuh lama banget baru bisa uplod. makasih kalo ada yang nunggu. btw komen dooong, buat ngoreksi ceritaku ini. untuk yang merindukan cerita ini langsung aku uplod 2  part deh.

tapiiii jangan lupa komen komen komen.

................................................................

(Azel)

Saat aku tahu siapa mahasiswi tante Zahra itu Nesha, aku merasa rindu yang hampir 2 tahun aku pendam meluap. Ingin rasanya menghampiri dan memeluknya. Walaupun nanti dia bakal marah dan teriak-teriak seperti waktu SMA dulu aku menggodanya. Tapi hal itu kutahan setelah melihatnya memakai gamis dan jilbab panjang. Dia terlihat cantik dari pada difoto, bahkan anggun, wajahnya putih bersih  tanpa make up yang berlebihan. Wajahnya terlihat kaget sama sepertiku, tidak tahu kenapa Tuhan mempertemukan secara tak terduga di rumah tante.

Kami berbincang diruang tamu, aku menanyakan tentang perubahan dirinya. Masihkah perasaanya sama seperti yang dulu, yang menolakku atau sebaliknya. Ternyata jawabanya masih sama seperti dulu. Aku mendengus kecewa, namun bahagia bisa melihatnya.

“ masih sering bertemu dengan teman yang lain”. Tanyaku.

Nesha masih menunduk, lalu mendongak dengan pandangan mata yang entah kemana dia menggeleng. “ tidak begitu sering, hanya  beberapa kali waktu buka puasa Ramadhan. Kenapa nggak pulang? .

Aku tersenyum. “ aku ikut kakakku ke Turkey. Lebaran disana”. Ngobrol dengannya terasa sedikit aneh tidak seperti dulu, terasa kaku.

Dia hanya manggut-manggut, lalu memperhatikan jam tanganya. “ aduh sudah sore. Aku harus pamit ke bu Zahra, soalnya mau ke toko buku takut tutup kalo kesorean”. Dia berdiri dan menuju dapur dimana tante dan sepupuku ada. Aku hanya melihatnya takjub, dengan perubahan sikapnya, tutur katanya, penampilannya semua.

Tante keluar disertai Nabila yang sudah ganti baju.

“ zel.. si Nabila dan Nesha mau ke toko buku, kalo kamu nggak ada acara tolong dianterin”.

Nesha memandang tante lalu memandangku, “ tidak usah buk, saya bawa motor”. Katanya.

“ bukanya motor kakak di begkel,,,”. Nesha seperti memberiku harapan.

Aku sedikit girang mendengarnya, “oh iya,, kakak kok lupa ya bil. tadi kan ngangkot kesininya”. Kata Nesha.

“ heem nggak apa-apa sih kalo nganter bila dan nesha cari buku. Dari pada nggak ngapa-ngapain juga disini”. Aku menimpali, sedikit melihat nesha yang tiba-tiba pipinya terlihat merah. Mungkin malu, sungkan menolak pada tanteku. Ya Allah kenapa dia terlihat mempesona saat ini.

“ nah gitu dong,,,” kata nabila sambil mengerlingkan matanya. Mungkin dia tahu apa yang aku mau. Lalu kamipun berangkat ke toko buku yang berada di tengah kota Salatiga ini,tepatnya di depan sebuah hotel bintang lima yang ada di sini. Jalan utama dibuat searah sekarang, semuanya sudah tertata rapi. Bangunan tua tidak terlihat lagi disini, kecuali di jalan kemiri yang masih dipertahankan. Gedung tua peninggalan saudagar cina. Gunung merbabu yang dulu terlihat saat melintasi jalan ini ditutup oleh gedung bertingkat yang berdiri angkuh dipusat kota. Aku sedikit merindukan suasana dulu, terlihat asri.

Mobilku berhenti tepat ditoko buku dan kami masuk kedalam. Toko dua lantai, dilantai dasar terdapat perlengkapan sekolah dan kantor. Kami menuju lantai dua, disana ada berbagai macam buku dari yang fiksi, non fiksi,pengetahuan.

Nesha menuju rak yang menjejerkan novel-novel Islami. Sedang Nabila ke rak yang berisi komik-komik. Aku berdiri disamping Nesha, dia sedikit kaget dan membuat jarak denganku. Aku menunduk menatapnya heran “kenapa?” tanyaku.

“tidak, Cuma kaget soalnya kamu tiba-tiba berdiri disini”. Katanya.lalu dia melihat-lihat novel dan membaca sinopsisnya. Aku juga mengambil salah satu novel, aku tidak begitu suka dengan novel-novel. Aku lebih suka membaca buku buku pengetahuan dan biografi seseorang.

“ kelihatanya bagus”. Aku memberi pendapat tentang buku yang dipegangnya.

Dia menoleh kearahku, tepatnya mendongak. “ emang pernah baca?”. Katanya.

“ feeling ku selalu tepat nesh”.

Dia tersenyum, jantungku tidak bisa diceritakan lagi dugem kali.

“ oya zel, bentar lagi magrib. Kita sholat dekat alun-alun saja dekat kampusku, gimana?”

“ oke”. Aku meletakkan kembali buku yang aku ambil, entah isinya apa, aku hanya membaca sekilas judulnya, dzikir-dzikir cinta.

Nesha dan bila menuju kasir untuk membayar, sebelum sempat mengeluarkan uang, aku sudah menyerahkan uang pada kasir.

“ aku yang bayar, itung-itung kado buat ulang tahunmu bulan lalu” kataku, karena dia terlihat tidak mau aku bayarkan.

Aku melajukan mobil ke alun-alun. Berhenti didepan masjid, kami sholat berjamaah disana. Selesai sholat kami mampir dulu dikafe yang tidak jauh dari kampus Nesha. Ini seperti kencan, walau ada Nabila yang mengikuti kami. Nabila tidak banyak bicara jika sudah membaca komik faforitnya. Aku merasa beruntung dengan keadaan ini. Walau aku nggak bisa terlalu dekat dengannya, karena setiap aku mendekatinya pasti dia memberi jarak.

( Nesha )

“ nesh kita nganter Nabila dulu ya”. Kata Azel meminta persetujuanku.

“apa nggak sebaiknya nganter aku dulu, baru nganter dek Bila”.

“ oh gitu, ya udah”. Azel melihat Nabila dari kaca spion yang masih asyik baca komik.

“ bil, nggak pegel apa dari tadi baca terus”. Kata azel yang melihat Nabila masih membaca.

Nabila menutup komiknya, nyengir.. bila memang gitu kalo lagi nggak dapet kegiatan jadi talkaktif gantian dapet komik faforitnya irit ngomong.

“ bil nganter Nesha dulu ya?”

bila hanya mengacungkan jempolnya pertanda setuju.aku geleng-geleng kepala melihatnya. 20 menit keudian aku sudah sampai rumah. Sebelum turun aku mengucapkan terima kasih ke Azel. Sebelum aku membuka pagar rumahku Azel membuka pintu mobilnya dan menghampiriku. “ boleh minta nomer hapemu yang sekarang, atau pinnya mungkin”.

Aku mengangguk, dan mendektekan pin ku. Dia mengucapkan terimakasih lalu pamit pulang.

“assalamualaikum…”.

“loh mbak baru pulang” tanya Jumiati padaku.

“ iya habis jalan-jalan jum, oh ya sudah makan?”.

“ sudah mbak, tadi mbak tak masakin. Mau jum angetin?”.

“ nggak usah aja. Nanti aku angetin sendiri. Istirahat aja sana” kataku.

“ nggak ah mbak, nanti. Liat sinetron dulu” kata Jumiati.

Aku hanya senyum melihatnya, Jumiati yang menemani dan membantuku dirumah. Kalo nggak ada dia pasti aku kesepian. Ada sih sepupuku si Pino dan Najwa yang nemenin, tapi kan nggak tiap hari. Heem… azel, sekarang dia baik banget. Semoga pertemanan kami akan terus seperti ini, tanpa cekcok lagi kayak dulu. Amien… semoga saja. Bisikku.

cinta yang tertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang