part 9

890 14 3
                                    

(Azel)

Aku baru saja menerima telepon dari mama dan Dimas yang menanyakan kabarku. Terlintas kerinduan dengan kota kecil di kaki gunung merbabu itu. Udaranya yang sejuk, masyarakatnya yang ramah, damai tidak pernah terjadi konflik, haah teringat kenangan kecil disana. Terlintas  wajah seseorang …. Aku tidak bisa membayangkan lebih lanjut. Aku menghembuskan nafasku.

Aku berjalan di pelataran keluar dari area kampus, Unifersity of Melbourne ini terletak di Melbourne utara. Salah satu unifersitas terbaik di Australia. Di setiap jalan terlihat taman dan pepohonan yang tertata rapi. Membuat kota ini sejuk udaranya.

…..

Malam ini aku dan temanku dari Indonesia tere, yanto dan jim pergi ke St. Kilda Beach, malam ini banyak warga Melbourne yang berkunjung menghabiskan weekend. Aku menyusuri pantai ditemani Tere. Gadis dari Bandung ini cantik dan mungil. Wajahnya sedikit mirip dengan Dian sastro artis idola mbak Mira. “ kau menikmati hidup disini? Tanya tere sambil menendang pasir-pasir pantai. Dia berjalan menenteng sepatunya. Aku menoleh kearahnya, “  Tentu”. Jawabku mantap, dan seingatku tidak pernah mendapatkan masalah selama disini. “ syukurlah” katanya.

Dia berhenti berjalan dan mengajakku duduk di bibir pantai  sambil melihat orang yang bermain air laut. Terlihat bahagia dengan pasanganya. Aku tersenyum getir. Tere menatapku “ ada apa?”. Aku menoleh kearahnya dan menggeleng. “ tidak apa-apa”. Aku mencoba tersenyum tapi tetap sama getirnya. “ kau terlihat memikirkan seseorang”.

Aku tidak kaget dengan kata Tere, dari pertama bertemu dia selalu menebak perasaan sesorang lewat raut mukanya. “ tidak”. Jawabku bohong mencoba menutupi dan mengubur wajahnya didasar hatiku. Kecewa, sangat kecewa aku waktu itu. Tapi.. sudahlah.

Aku mencoba berdamai dengan kisahku. Memendam perasaan yang sangat lama terukir di hatiku, melakukan hal bodoh untuk mencari perhatianya, merasa menang saat dia diam tak membalas perlakuanku,  tiba-tiba terdiam tidak membalas ejekanku. Aku menghembuskan nafas lagi, entah berapa kali aku melakukanya. Aku rasa terlalu sering, saat aku pindah ke sini dan untuk terakhir kalinya saat akan berangkat belum mengucapkan maaf padanya.

“ jangan bohong zel…”. Tere berbicara tapi matanya tak lepas dari memandang pantai. Aku tersenyum. “ terlihat jelas sekali ya kegelisahanku”. Aku bertanya.

“ tentu, kamu selalu bersikap seperti ini jika sedang sendiri”. Dia menoleh kearahku, menelisik.

Aku juga menatap nya, Deg… aku baru sadar kalo mata Tere mirip dengan mata Nesha. Bening, dan menggambarkan pancaran kepercayaan diri yang kuat. Aku mengalihkan pandanganku dan menekuk kakiku, mendekapnya longgar dengan kedua tanganku.

Tere berdiri dan menepuk bagian belakangnya yang terkena pasir. “ kamu mau disini ato bergabung dengan mereka”. Sambil menunjuk kumpulan mahasiswa dari berbagai Negara yang menghabiskan waktu disini. Aku menatap mereka,dan melihat Yanto melambaikan tangannya kearah kami sambil mengacungkan botol minuman.

Aku memilih mengikuti tere kearah mereka dan bergabung, bercengkrama menghilangkan segala kerinduan yang mendera perasaanku.

( Nesha )

Hoamh… aku merentangkan kedua tangan untuk mengusir keletihanku. Sudah sangat lama aku menatap laptop mengerjakan tugas. Mataku butuh rekreasi sejenak, aku membuka wattpad kalo-kalo penulis faforitku menuliskan ceritanya lagi yang belum selesai. Namun saat aku membuka room nya belum ada tulisan yang baru. Aku keluar dari wattpad ke Twitterku yang sudh sangat lama ku abaikan. Tapi bosan juga setelah beberapa menit melihat dan menbaca tweetan nggak penting. Membuka detik.com membaca berita baru yang isinya korupsi  bosan lagi akupun menutupnya. Korupsi sangat sulit dihilangkan di Negara ini, entah sampai kapan bahaya laten ini menjamur ke seluruh lapisan, kapan kita benar-benar akan “merdeka”. Huft .. bosan.

Iseng aku membuka facebook, sudah berbulan-bulan juga aku nggak membuka social networkku ini. Ada beberapa permintaan pertemanan, melihat profilnya dan mengabaikan yang tidak ku kenal. Pemberitahuan yang sangat banyak dari status maupun foto teman-temanku yang di share ke akunku.

Aku tersenyum melihat beberapa foto baruku dikampus, serta beberapa foto lama saat aku masih SMA dan tidak memakai kerudung. Aku mengunci foto itu dan menjadikan hanya saya yang dapat melihatnya.

Tiba-tiba .. aku melihat foto seseorang yang pernah membuat aku menyesal dulu. Walaupun sekarang tidak begitu perduli tapi saat meatap matanya hatiku menjadi nyeri. Aku beristigfar dalam hati. Saat aku akan keluar, aku mendengar bunyi masuk ke pesan ku. Aku melihat dan tertegun sejenak… Azel.

Aku tertegun beberapa saat setelah mendapatkan pesanya, 3 menit,

Azel : “apa kbr?”

Tanganku masih diatas keybord tapi tak tahu apa yang ingin aku tuliskan. Setelah beberapa saat aku baru membalasnya.

Nesha: “baik. Km?”.

Azel: “ tdk bgt baik, hehehe”.

Aku membaca balasanya, dan ingin menanyakan lebih banyak tentangnya, tapi aku mengurung kan niatku. Nanti dia bisa menjebolkan pertahanan yang baru saja ku bangun untuk menjadi lebih religius. Akh… imanku yang masih premature ini turun naik. Ingin aku mengatakan sesuatu yang dulu sempat tertahan. Tapi aku berhasil mengendalikan diriku. Sebelum aku membalas dia sudah mengirimkan pesanya lagi.

Azel:” km dah tdr. Maaf aku lp kalo di sn mlm”.

Ternyata dia masih menunggu balasanku.

Nesha:”blm kok. Td hbs ngerjain tgs. Kt Jojo skrng km di Melbourne?”.

Azel:” y. kuliah dsn, pa kbr salatiga”.

Nesha:” Alhamdulillah baik, masih tentram kayak dulu, masih sejuk,masih sama lah sprt dl. Hehe”.

Azel:” benarkh? Tdk ada yg brbh? Pdhl aq ingin ada perubahan”.

Aku heran dengan pertanyaanya.

Nesha:” iya nggk ada, kecuali jln yang sdh mulai bagus semua”.

Azel: “oh.. aku yg terlalu berharap. Sdhlah. Met mlm”.

Sebelum aku membalas, dia sudah log out. Apa maksudnya? Apa yang dimaksud dia perasaanku?

Ah sudahlah aku terlalu berpikir aneh, aku menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 1 dini hari. Sebelum aku beranjak tidur aku menyetel alarm pukul 3 pagi. Sekarang menjadi rutinitasku yang menenangkan, curhat dengan Sang Pencipta menumpahkan segala resah gelisah di hati.

TBC

cinta yang tertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang